• Bisnis

Inflasi Terus Membumbung, Tips Agar Uangmu Aman dan Cuan

Tri Umardini | Rabu, 03/08/2022 16:30 WIB
Inflasi Terus Membumbung, Tips Agar Uangmu Aman dan Cuan Inflasi Terus Membumbung, Tips Agar Uangmu Aman dan Cuan. (FOTO: HO/IST RANGKUL TEMAN)

JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membeberkan penyebab laju inflasi pada Juli 2022 secara tahunan atau year on year (YOY) mencapai 4,94%.

Menurut dia, gangguan rantai pasok hingga kenaikan harga komoditas global menyebabkan tren inflasi merangkak naik.

“Laju inflasi menunjukkan tren meningkat disebabkan karena sisi penawaran seiring dengan keanikan harga-harga komoditas dunia dan juga ada gangguan pasokan di domestik,” ujar dia dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala KSSK III pada Senin, 1 Agustus 2022 seperti dilansir dari Tempo.

Badan Pusat Statistik (BPS) (1/8/2022) melaporkan Inflasi bulan Juli 2022 di level 4,94% secara tahunan, dan sepanjang tahun berjalan periode Januari - Juli 2022 naik 3,85% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Secara bulanan, inflasi Juli 2022 meningkat 0,64%. Inflasi tahunan pada Juli 2022 menjadi yang tertinggi sejak Oktober 2015. Sebelumnya pada Oktober tujuh tahun lalu, inflasi tercatat 6,25%.

Meski inflasi headline melonjak, inflasi inti tetap terjaga di 2,86% secara tahunan.

Sri Mulyani menuturkan level inflasi inti masih terjaga karena adanya bauran kebijakan dari Kementerian Keuangan hingga Bank Indonesia.

“Termasuk dengan meningkatkan koordinasi dalam forum tim pengendalian inflasi pemerintah pusat dan daerah," tutur dia.

Mantan Bos Bank Dunia itu melanjutkan, sepanjang Juli, inflasi kelompok volatile food mengalami kenaikan akibat pengaruh harga pangan global dan terganggunya rantai pasok akibat cuaca.

Sedangkan inflasi pada kelompok administered price mengalami kenaikan dipengaruhi oleh naiknya harga tiket pesawat.

Meski begitu, Sri Mulyani memastikan tekanan inflasi akibat kenaikan harga energi global yang sangat tinggi tidak terlampau berpengaruh terhadap inflasi di dalam negeri.

Pemerintah, kata dia, menjaga stabilisasi harga minyak, gas dan listrik dengan mempertahankan harga jual bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Pemerintah menambah alokasi anggaran untuk subsidi energi sepanjang 2022.

“Dengan langkah tersebut, dibandingkan dengan negara-negara yang sekolompok atau selevel dengan Indonesia, seperti Thailand yang telah mengalami inflasi 7,7 persen, India 7 persen, dan Filipina 6,1 persen, inflasi Indonesia yang 4,94 persen YOY masih relatif moderat,” tutur Sri Mulyani.

Investasi untuk Kalahkan Inflasi

Dikutip dari Bareksa, “hantu” inflasi tinggi memang membayangi kinerja ekonomi negara-negara di dunia.

Karena itu investor, harus tetap melanjutkan investasinya agar nilai uangnya tak tergerus inflasi.

Sebab nilai uang yang dianggap tinggi saat ini, di masa mendatang jadi tidak bernilai akibat tergerus lonjakan inflasi.

Salah satu strategi untuk bisa mengalahkan inflasi adalah dengan investasi. Kira-kira investasi apa yang bisa berpeluang mengalahkan inflasi?

Beberapa instrumen investasi yang bisa dipertimbangkan agar bisa mengalahkan inflasi ialah:

1. SBN Ritel
Surat Berharga Negara (SBN) Ritel bisa jadi salah satu pertimbangan bagi Smart Investor untuk bisa mengalahkan inflasi.

Instrumen investasi yang aman karena 100% nilai pokok dan kuponnya dijamin negara ini menawarkan imbal hasil cukup menarik dan lebih tinggi dari inflasi.

Tercatat sejak 2021 hingga Juni 2022, beberapa seri SBN Ritel yang diterbitkan pemerintah melalui Kementerian Keuangan memiliki selisih imbal hasil (spread) antara 1,3 - 2% dibandingkan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI 7 Day Reverse Repo Rate).

Seri terakhir SBN Ritel yakni Savings Bond Ritel seri SBR011 ditawarkan pada 25 Mei - 16 Juni 2022 lalu.

SBN Ritel seri ketiga di 2022 itu menawarkan kupon 5,5% per tahun. Dibandingkan suku bunga acuan BI 3,5 persen, maka selisih imbal hasil SBR011 ialah 2%.

Setelah dipotong pajak 10%, SBR011 masih menawarkan imbal hasil bersih 4,95% per tahun.

Tercatat inflasi nasional pada Mei 2022 melaju 3,47 persen secara tahunan dan pada Juni 4,35 persen.

Dengan begitu, kupon SBR011 lebih tinggi dari inflasi pada saat masa penawaran, maupun dibandingkan inflasi pada Juli. Dibandingkan inflasi sepanjang tahun berjalan hingga Juli 2022, kupon bersih SBR011 juga masih lebih tinggi.

Untuk diketahui, seri terbaru SBN Ritel yang akan terbit ialah Sukuk Negara Ritel (SR) seri SR017.

Rencananya, SBN Ritel jenis syariah yang bersifat bisa diperdagangkan (tradable) ini akan ditawarkan oleh Kementerian Keuangan pada 19 Agustus - 14 September 2022.

Mempertimbangkan potensi SBN Ritel untuk mengalahkan inflasi cukup tinggi, maka tidak salah jika Smart Investor mempertimbangkan investasi di SR017 di tengah lonjakan inflasi saat ini.

2. Reksadana
Instrumen investasi lainnya yang bisa dipertimbangkan Smart Investor untuk mengalahkan inflasi ialah reksadana.

Sepanjang tahun berjalan hingga 1 Agustus 2022, top 10 reksadana cuan tertinggi di Bareksa mampu mencatatkan imbal hasil antara 11,9 - 15,73%.

Mayoritas atau 8 dari 10 produk reksadana tersebut ialah jenis reksadana saham dan 2 lainnya reksadana campuran.

Sedangkan untuk periode setahun terakhir (per 1 Agustus 2022), top 10 reksadana di Bareksa dengan cuan tertinggi mampu mencatatkan imbal hasil 21,8 - 32,22%.

Dari 10 reksadana tersebut, 4 diantaranya merupakan reksadana saham dan masing-masing 3 produk ialah reksadana campuran dan reksadana indeks atau index fund.

Perlu dicatat, baik reksadana reksadana saham dan reksadana indeks memiliki volatilitas tinggi sehingga disarankan bagi investor profil risiko agresif dengan jangka waktu investasi di atas 5 tahun.

Sedangkan reksadana campuran dinilai cocok bagi investor berprofil risiko moderat - agresif dengan jangka waktu investasi 3-5 tahun.

Soal keamanannya, investasi di reksadana diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Selain itu, imbal hasil investasi di reksadana juga tidak terkena pajak, karena bukan merupakan objek pajak.

Sehingga dengan investasi di reksadana, bisa membantu Smart Investor untuk mengalahkan lonjakan inflasi.

3. Emas
Instrumen investasi lain yang dianggap bisa mengalahkan inflasi adalah emas. Waktu telah membuktikan bahwa emas jadi satu-satunya komoditas yang dapat mempertahankan nilainya dalam jangka panjang dan mampu menaklukkan inflasi. Dengan nilai yang meningkat seiring dengan biaya hidup, seringkali emas mencapai nilai tertingginya selama periode inflasi tinggi.

Saat terjadi kenaikan inflasi, nilai uang justru menjadi rendah dan tergerus. Namun sebaliknya, harga emas logam mulia justru naik lebih tinggi sehingga membuat emas semakin berharga.

Sebagai gambaran harga beli emas Pegadaian di fitur Bareksa Emas hari ini, Selasa (2/8/2022) ialah senilai Rp909.000 per gram. Dibandingkan setahun lalu, yang harganya Rp880.000 per gram, maka harga beli emas Pegadaian hari ini meningkat 3,29 persen.

Dalam jangka panjang, investasi emas tidak akan membuat nilainya berkarat, bahkan memiliki potensi meraih keuntungan.

Hal ini bisa dilihat berdasarkan data historis harga emas batangan produksi PT Antam Tbk, atau yang biasa disebut emas Antam.

Pergerakan Harga Beli Emas Antam

Dalam 5 tahun terakhir (per 8 Juli 2022), harga beli emas Antam sudah naik 60,96 persen dari Rp602.000 per gram menjadi Rp969.000 per gram pada 8 Juli 2022. Artinya harga beli emas Antam sudah naik Rp367.000 per gram dalam 5 tahun terakhir.

Jika Smart Investor beli emas 10 gram pada 5 tahun lalu, berarti modalnya adalah Rp6.020.000. Kemudian bila Smart Investor menjualnya pada harga buyback per 8 Juli 2022 yang senilai Rp839.000 per gram, maka nilai emas tersebut Rp8.390.000.

Berarti, Smart Investor mendapatkan keuntungan Rp2.370.000 dalam 5 tahun investasi atau 39,3 persen dari modal awal. (*)

FOLLOW US