• Oase

Geraja Al Qullais Abrahah al-Asyram Tandingan Ka`bah

Rizki Ramadhani | Senin, 04/07/2022 11:17 WIB
Geraja Al Qullais Abrahah al-Asyram Tandingan Ka`bah Ilustrasi (foto: youtube)

Jakarta - Yaman termasuk negara Arab yang  memiliki keistimewaan dan peninggalan sejarah masa lalu yang sangat terkenal, yaitu gereja Al Qullais yang pernah dibuat Abrahah di dalam kota kuno Yaman (Babul Yaman).

Kala itu, Kerajaan Himyar di Yaman merupakan salah satu kerajaan Kristen yang besar. Abrahah adalah jenderal angkatan darat dari kerajaan Aksum (sekarang Etiophia), kemudian menjadi raja muda Arab Selatan untuk Kerajaan Aksum (menjabat sebagai gubernur Himyar, Wakil Raja Kaleb dari Aksum yang berkedudukan di Yaman).

Selanjutnya, Abrahah mendeklarasikan dirinya sebagai Raja Himyar yang merdeka, dengan memerintah sebagian besar wilayah Arab dan Yaman. Dia memiliki julukan al-Asyram atau al-Asram, artinya wajah bekas luka, sebab hidung Abrahah telah hilang dalam pertempuran atau jatuh karena suatu penyakit.

Raja Himyar tersebut berusaha untuk menyebarkan agama Kristen di kerajaan yang didominasi Yahudi tersebut, sementara juga berusaha untuk memusuhi Ka`bah di Mekah, yang merupakan pusat agama utama bagi penganut politeisme Arab.

Pada masa Abrahah al-Asyram memerintah, dibangun gereja yang besar dan megah dan dinamai Al Qullais (juga dikenal sebagai Al-Qulais dan Al-Qalis, dari bahasa Yunani Ekklesia), adalah gereja Kristen Miafisit yang dibangun antara tahun 527 dan akhir tahun 560-an di kota Sana `a di Yaman modern.

Sejarawan Procopius mencatat bahwa seorang utusan Kekaisaran Bizantium dikirim pada masa pemerintahan kaisar Justinian I atas surat Abrahah yang meminta bantuan marmer, pengrajin, dan pembuatan mosaik untuk pembangunan gereja Al Qullais.

Gereja ini dibangun dari batu hijau, kuning, putih dan hitam yang dibawa dari kastil tua di Ma`rib. Tangga menuju ke gereja terbuat dari marmer, sedangkan pintunya dari perunggu atau tembaga berwarna kuning keemasan, dan lantainya dari perak. Gereja menggabungkan tiga elemen arsitektur terpisah. Dekorasi gereja tersebut mewah dan begitu indah, terdiri dari ukiran kayu cendana dan gading, dikombinasikan dengan panel emas dengan batu mulia dan salib.

Abrahah heran dengan kebiasaan warganya yang mengunjungi kota kecil Mekah di jazirah Arab setiap tahun. Padahal, wilayah Yaman sangat indah dan dikenal dengan produk tekstil berkualitas sehingga banyak orang yang datang untuk berlibur dan berniaga. Ia sebagai pembina gereja ingin Al Qullais bisa menandingi Mekah dengan Ka`bahnya dan mengubah ritual ibadah warga Arab dari Ka`bah ke gereja di Yaman.

Kemudian, Abrahah mengirimkan seorang utusan kepada penduduk Mekah agar mereka beribadah haji di Yaman. Jika tidak, Ka`bah akan dihancurkan. Namun, ancaman itu tidak dihiraukan oleh penduduk Mekah, tidak ada yang mampu menandingi Ka’bah di Mekah.

Selain itu, Abrahah juga membangun gereja yang serupa di Najran untuk Bani Al-Harith, Rumah Allat di Taif untuk suku Thaqeef, Rumah Yareem dan Rumah Ghamdan di Yaman.

Pengaruh gereja sebagai tempat ziarah tandingan Ka’bah ini mungkin menjadi alasan dibalik tindakan seorang laki-laki kafir Mekah dari Bani Kinanah yang melakukan perjalanan menuju gereja Al Qullais dan memasukinya pada suatu malam, kemudian membuang hajat dan melumuri dinding-dindingnya dengan kotoran.

Insiden tersebut membuat Abrahah semakin geram karena menyadari strateginya selama ini gagal. Selanjutnya, dengan berdalih peristiwa itu, Abrahah bersama tentaranya datang ke kota suci Mekah secara khusus untuk menghancurkan Ka`bah, yang terkenal dengan kisah tentara gajah, secara khusus disebutkan dalam Al-Qur’an surah Al-Fiil.

Gereja Al Qullais disebutkan bertahan setidaknya sampai masa pemerintahan khalifah Abbasiyah Al-Mansur (714–775). Kini, Ka`bah tandingan itu tinggal bekasnya saja, dalam bentuk lubang besar bundar yang dipagari kawat berduri. Pada papan namanya tertulis korratul qelis (bangunan bundar).

Sejak beberapa tahun lalu, pemerintah negeri di ujung tenggara Jazirah Arabia ini meninggikan temboknya setelah banyak wisatawan asing yang mengunjungi objek wisata religius yang berada di bawah perlindungan UNESCO, sebagai salah satu aset budaya dunia. Semoga hal ini dapat bermanfaat dan dijadikan sebagai pelajaran. (Kontributor : Dicky Dewata)

FOLLOW US