• Bisnis

Jokowi: Jangan Paksa Papua dan NTT Tanam Padi

Eko Budhiarto | Selasa, 21/06/2022 14:37 WIB
Jokowi: Jangan Paksa Papua dan NTT Tanam Padi Presiden Joko Widodo

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan semua pihak tidak memaksa daerah untuk menanam komoditas di luar karakteristik setempat. Presiden memberi contoh Papua dan NTT, yang tidak boleh dipaksa untuk menanam padi.

"Setiap daerah harus memiliki keunggulan pangan masing-masing, sesuai dengan karakteristik tanahnya, kondisi masyarakatnya, dan sesuai tradisi makan warganya. Jangan dipaksa-paksa, karena memang setiap daerah itu memiliki karakter berbeda-beda," kata Presiden saat membuka Rakernas II PDI Perjuangan di Jakarta, Selasa (21/6/2022).

Presiden mencontohkan tanah di Papua cocok untuk menanam sagu dan tradisi makanan pokok masyarakat di sana juga sagu. Maka, kata Prasiden, jangan memaksa masyarakat Papua untuk menanam padi dan mengonsumsi beras.

"Jangan kita paksa untuk keluar dari kekuatannya, dari karakternya, apalagi kalau kita tahu sagu itu justru makanan paling sehat karena gluten free, tidak mengandung gula. Ini yang akan dikejar negara-negara lain. Hal-hal seperti ini yang kita sering lupa, termasuk porang. Kenapa dikejar? Karena di situ (porang) juga sangat rendah gulanya, makanan yang sangat sehat," jelas Presiden.

Selanjutnya, Presiden juga memberi contoh tanah di Nusa Tenggara Timur (NTT) bagus untuk menanam sorgum dan jagung. Maka, dia meminta semua pihak tidak memaksa masyarakat NTT untuk menanam padi dan beralih untuk mengonsumsi nasi.

"Tanpa air yang banyak, sorgum di NTT tumbuh sangat subur dan hijau. Ternyata, sebelumnya memang warga di NTT itu tanamnya sorgum, tapi bergeser ke beras. Di sini lah kekeliruannya. Sehingga, kami akan menanam besar-besaran di NTT, sorgum, dan sudah kami coba 40 hektare di Waingapu," katanya.

Presiden menegaskan tanaman sorgum bisa menjadi alternatif pengganti gandum yang harganya saat ini sedang melambung tinggi.

"Begitu perang (Ukraina), sekarang sorgum naiknya sampai di atas 30 persen. Impor kita, gandum, sekarang ini 11 juta ton, sangat besar sekali. Ini yang harus mulai dipikirkan," tegas Presiden.

FOLLOW US