• Gaya Hidup

Ditulis oleh Lucia Priandarini, Film Penyalin Cahaya Kini Diadaptasi dalam Bentuk Novel

Tri Umardini | Kamis, 09/06/2022 10:01 WIB
Ditulis oleh Lucia Priandarini, Film Penyalin Cahaya Kini Diadaptasi dalam Bentuk Novel Ditulis oleh Lucia Priandarini, Film Penyalin Cahaya Kini Diadaptasi dalam Bentuk Novel. (FOTO: GRAMEDIA)

JAKARTA - Penyalin Cahaya merupakan salah satu film yang sempat trending dan ramai diperbincangkan karena mengusung tema kekerasan seksual.

Apalagi, film ini dirilis di tengah isu persoalan kekerasan seksual yang sedang meningkat di Indonesia sejak beberapa tahun ke belakang.

Dirilis perdana secara internasional di The 26th Busan International Film Festival pada 8 Oktober tahun 2021 lalu, film Penyalin Cahaya kini akhirnya resmi tayang pada platform streaming Netflix sejak 13 Januari 2022.

Film ini dibintangi oleh beberapa aktor serta aktris muda asal Indonesia seperti Shenina Cinnamon, Luthesa, Dea Panendra, Jerome Kurnia, Giulio Parengkuan, dan aktor pendatang baru seperti Chicco Kurniawan, serta aktor lawas Lukman Sardi.

Lewat kisah Sur atau Suryani (Shenina Cinnamon), film ini akan banyak menyorot tentang perjuangannya dalam meraih dan menuntut keadilan sebagai korban kekerasan seksual, lewat penyelidikannya bersama sahabat masa kecilnya, Amin (Chicco Kurniawan).

Cerita di Balik Film Penyalin Cahaya

Meningkatnya kasus kekerasan seksual di Indonesia beberapa tahun ini dan buruknya penanganan serta perlindungan hukum bagi para korban di Indonesia, merupakan salah satu kegelisahan yang dirasakan oleh Wregas Bhanuteja, sutradara sekaligus penulis skenario dari film Penyalin Cahaya.

Menurutnya, film ini haruslah hadir sebagai wadah komunikasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya permasalahan kekerasan dan pelecehan seksual tersebut, terutama dalam dunia pendidikan.

Kemudian setelah melalui proses syuting yang dilakukan selama 20 hari dan merampungkan proses produksi selama lebih dari setahun, sejak tahun 2020 lalu, bersama dengan tim produksi dari Rekata Studio dan Kaninga Pictures, Wregas pun mengumumkan bahwa film Penyalin Cahaya telah selesai.

Dengan selesainya produksi film ini, Wregas pun memulai debutnya dalam penyutradaraan film panjang.

Wregas sebelumnya juga pernah menjadi sutradara untuk film pendek Tak Ada yang Gila di Kota Ini, yang merupakan hasil adaptasi dari cerita pendek karangan Eka Kurniawan dalam buku kumpulan cerpennya yang berjudul Cinta Tak Ada Mati.


Terkait dengan pemilihan judul untuk film ini, melalui wawancaranya bersama tim KompasTV dalam konferensi pers pada bulan September 2021 lalu, Wregas mengaku bahwa judul tersebut dipilih karena terinspirasi dari kata fotocopy.

Di mana ‘photos’ dalam bahasa Latin artinya ‘cahaya’ dan ‘copy’ dalam bahasa Inggris artinya ‘salin’.

Kemudian, karena maksud salin di film ini adalah seseorang yang secara aktif melakukan penyalinan tersebut, maka judul yang ia pilih adalah `Penyalin Cahaya`.

Selain itu, alasan ia memilih judul ini juga karena hal itu sesuai dengan isu yang diangkat dalam film ini.

Wregas berharap para penyintas atau korban bisa bersuara dan melawan ketidakadilan yang mereka rasakan selama ini. Dengan semangat kebersamaan, harapannya semangat itu kemudian tersalin dan terlipat gandakan semakin banyak, sehingga dapat melawan ketidakadilan tersebut.

Penggunaan kata fotocopy tersebut juga terlihat dari pekerjaan salah satu tokoh di film ini, yaitu Amin, sahabat masa kecil dari tokoh utama, Sur atau Suryani.

Penggunaan kata tersebut juga terlihat pada poster filmnya itu sendiri, di mana Sur yang terlihat tengah bersandar di atas mesin fotocopy.

Penghargaan yang Diterima Film Penyalin Cahaya

Memiliki tema yang belum banyak diangkat oleh film Tanah Air, menjadikan film Penyalin Cahaya sukses mendapatkan berbagai macam penghargaan dan screening spesial di salah satu festival film terbesar di Asia yang berlokasi di Korea Selatan, yaitu di The 26th Busan International Film Festival.

Selain itu, film panjang pertama Wregas Bhanuteja ini juga turut menjadi salah satu film Indonesia yang masuk dalam kategori New Currents Award, yaitu sebuah program kompetisi untuk film pertama dan kedua yang didedikasikan untuk karya terbaru dari sutradara-sutradara muda Asia di The 26th Busan International Film Festival 2021.

Film Penyalin Cahaya juga berhasil membawa pulang berbagai penghargaan dalam ajang Film Festival Indonesia (FFI) 2021 dan menjadi film dengan perolehan Piala Citra terbanyak dengan memenangkan 12 kategori, di antaranya Film Cerita Panjang Terbaik, Sutradara Terbaik, Pemeran Pria Terbaik, Penulis Skenario Terbaik, dan masih banyak lagi.

Bukan hanya itu, film Penyalin Cahaya juga berhasil memenangkan tiga penghargaan dari ajang Festival Film TEMPO 2021, untuk kategori Film Pilihan TEMPO, Sutradara Pilihan TEMPO, dan Skenario Pilihan TEMPO.
Di samping itu, film Penyalin Cahaya turut terseleksi dalam Main Competition di 16th Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) 2021.

Sinopsis Novel dari Film Penyalin Cahaya

Kisah ini bermula ketika Sur atau Suryani, seorang mahasiswi sekaligus developer situs klub teater Matahari, mengikuti sebuah pesta yang diadakan oleh anak-anak teater Matahari untuk merayakan kemenangan mereka dalam sebuah kontes teater.

Sur yang kala itu baru pertama kali mengikuti sebuah pesta pun mabuk hingga tak sadarkan diri, dan dari sinilah masalah dimulai.

Sehari setelah pesta kemenangan itu, Sur mendapatkan kabar bahwa beasiswa kuliahnya dicabut oleh pihak kampus, karena sebuah swafoto (selfie) dirinya yang sedang mabuk terunggah di media sosial miliknya.

Ia yang tidak tahu menahu soal unggahan foto-foto tersebut karena berada di bawah pengaruh minuman keras pun kalang kabut, dan berusaha mencari tahu mengapa kejadian buruk itu bisa terjadi.

Dibantu dengan Amin, sahabatnya yang bekerja di kios fotokopi kampus, ia pun menyelidiki apa yang terjadi di malam pesta perayaan itu.

Lewat keahlian yang dimilikinya di bidang teknologi informasi, Sur pun meretas ponsel para anggota teater Matahari.

Dari penyelidikannya tersebut, ia berhasil mengumpulkan barang bukti sedikit demi sedikit. Dari bukti tersebut ia pun mulai mengetahui apa yang terjadi padanya di malam pesta perayaan itu, di mana ternyata ia merupakan seorang korban kekerasan seksual yang dilakukan oleh salah satu anggota klub teater tersebut.

Bersama dengan bukti-bukti yang dikumpulkannya itu, Sur pun melaporkan kasus yang menimpanya tersebut kepada pihak kampus.

Namun, ia tidak menemukan titik terang atas kasusnya. Pihak kampus terlihat abai dan enggan untuk bertindak karena posisi dan kekuasaan orang tersebut.

Konsekuensinya, ia malah harus memublikasikan permohonan maaf karena telah melakukan pencemaran nama baik.

Namun bukannya menyerah, ia justru makin semangat dan tidak tinggal diam untuk mengungkap kejahatan orang itu dengan segala cara, sampai ia mendapatkan apa yang ia mau.

Sebagai bentuk adaptasi sekaligus transisi dari skenario film ke dalam bentuk novel, sekarang kamu bisa menikmati cerita Penyalin Cahaya melalui tulisan-tulisan indah yang dinovelisasikan oleh Lucia Priandarini, seorang penulis dari buku Panduan Sehari-hari Kaum Introver dan Mager. (*)

FOLLOW US