• Oase

Sang Pemalu Dzun Nurain `Utsman bin Affan Radhiyallahu `Anhu

Rizki Ramadhani | Minggu, 05/06/2022 10:21 WIB
Sang Pemalu Dzun Nurain `Utsman bin Affan Radhiyallahu `Anhu Ilustrasi (foto: orami)

JAKARTA - Banyak manusia yang menghabiskan hampir seluruh waktunya untuk mengejar harta dunia, bahkan ada yang tidak malu lagi dengan menempuh cara yang tidak dibenarkan dan melupakan akhirat. Karenanya sekelumit kisah Utsman bin Affan رضي الله عنه  ini diharapkan mampu melunakkan hati dan menumbuhkan empati serta rasa malu berbuat dosa.

Beliau adalah Utsman bin Affan bin Abi Al-Ash bin Umayyah bin Abdu Asy-Syams bin Abdu Manaf. Nasab beliau bertemu dengan nasab Nabi ﷺ pada kakek keempat. Ibunya bernama Arwa binti Kuraiz bin Rabiah bin Hubaib bin Abdu Asy-Syams dan neneknya bernama Ummu Hakim Al-Baidha binti Abdul Muththalib, bibi Rasulullah ﷺ  dari pihak bapak.

Dari sisi nasab, beliau sebagai keponakan Rasulullah ﷺ, Utsman juga menjadi menantu Rasulullah ﷺ dengan menikahi dua orang putri Rasulullah ﷺ, Ruqayyah, kemudian Ummu Kultsum, sehingga dijuluki dzun nurain (pemilik dua cahaya). Nama kunyahnya adalah Abu Amr dan Abu ‘Abdillah.

Beliau termasuk orang yang terpandang, dimuliakan dan sangat dicintai oleh kaumnya saat sebelum masuk Islam maupun setelahnya. Juga termasuk orang yang pertama menyambut dakwah Islam (as-sabiqun al-awwalun) pada umur 34 tahun.

Harta tidak menjadikannya kikir, bahkan infak dan sedekahnya sangat luar biasa, seperti infaknya untuk pasukan muslim yang disebut jaisyul ‘usrah dalam perang Tabuk melawan pasukan Romawi saat musim paceklik panjang.

Dermawan ini juga yang menginfakan sumur yang dibelinya untuk keperluan kaum muslimin saat kesulitan air tawar di Madinah. Pemilik dua cahaya ini pula yang mewakafkan tanah untuk perluasan masjid Nabawi saat jumlah kaum muslimin semakin bertambah.

Saat dilakukan bai’at Ridhwan, melalui tangan Rasulullah ﷺ  yang mulia sebagai wakil pengganti Utsman dengan mengatakan, “Ini adalah bai’atnya Utsman.”

Utsman bin Affan رضي الله عنه  memiliki banyak keutamaan, diantaranya mendapatkan persaksian dari Rasulullah ﷺ bahwa Utsman adalah min ahlil jannah (salah satu penghuni surga) diantara 10 orang sahabat yang dijamin masuk surga.

Keutamaan berikutnya adalah kedudukan Utsman, demikian juga dengan Abu Bakar dan Umar bin Khathab Radhiyallahu Anhum ‘Ajma’iin, adalah lebih baik dibanding seluruh umat islam lainnya, bahkan timbangan salah seorang dari tiga sahabat Nabi ini niscaya lebih berat dibandingkan timbangan seluruh orang-orang terbaik dari umat ini.

Keutamaan selanjutnya, Utsman merupakan pria pemalu, bahkan para Malaikat pun malu kepadanya (HR. Muslim). Betapa agung dan terhormat lelaki shaleh ini, hingga para malaikat surga pun menaruh penghormatan khusus kepadanya. Beliau termasuk enam orang anggota syura, dan salah seorang khalifah al-mahdiyin, yang kaum muslim diperintahkan untuk mengikuti sunahnya.

Di masa orang yang terkenal dengan akhlaknya yang mulia, sangat pemalu, dermawan, dan terhormat ini menjabat sebagai khalifah ketiga, dunia Islam menikmati perdamaian internal, ketenangan dan kemakmuran ekonomi dalam paruh pertama pemerintahannya. Islam tersebar ke Barat hingga wilayah Maroko, ke Timur hingga ke Afghanistan, dan ke Utara hingga sampai Armenia dan Azerbaijan.

Atas keputusan Beliau dibentuk angkatan laut muslim untuk pertama kalinya hingga kaum muslim dapat melakukan ekspedisi militer di laut. Selain itu, kontribusinya yang luar biasa adalah kebijakannya melakukan penyeragaman bacaan Al-Qur’an dengan dialek dan bahasa yang sama yang dijadikan pedoman dan disepakati.

Merupakan mukjizat kenabian, apa yang disabdakan Rasulullah ﷺ pasti terjadi. Abu Hurairah رضي الله عنه  telah meriwayatkan bahwa Nabi ﷺ bersabda,

Sesungguhnya kalian akan menjumpai setelahku fitnah dan perselisihan atau perselisihan dan fitnah.” Maka berkata salah seorang, “Lalu kepada siapa kami akan memihak?” Nabi  bersabda, “Berpegangteguhlah kalian kepada al-Amiin ini dan sahabat-sahabatnya.” Lalu beliau mengisyaratkan kepada Utsman.”

Menjelang masa akhir pemerintahan amirul mukminin Utsman bin Affan sebagai khalifah banyak mendapat protes, kritikan dan tuduhan dari para pemberontak. Walaupun mereka sudah dijelaskan seperti yang dilakukan oleh Abdullah bin Umar رضي الله عنه , namun syubhat-syubhat yang hakikatnya lemah tersebut tetap menjadi kebencian para pemberontak. Akhirnya, mereka datang ke Madinah dan mengepung rumah Khalifah ketiga kaum muslim tersebut.

Pada malam hari sebelum meninggal dunia, Utsman bermimpi bertemu Rasulullah ﷺ, Abu Bakar dan Umar Radhiyallahu Anhum ‘Ajma’iin, lalu beliau ﷺ bersabda, “Kembalilah, karena besok engkau akan berbuka bersama kami.”

Lantas Utsman berpuasa dan mengerti bahwa dirinya akan segera meninggal sebelum matahari terbenam. Sungguh benar atas apa yang telah dikabarkan oleh Rasulullah ﷺ bahwa Utsman kelak akan dibunuh secara zalim, dan orang-orang yang keluar darinya akan menghalalkan darahnya adalah orang-orang munafik.

Orang-orang Khawarij tersebut memanjat rumah Utsman, lalu pedang-pedang mereka mengalirkan darah Utsman yang suci saat beliau sedang berpuasa dan membaca kitabullah, hingga tetesan darah syuhada ini membasahi lembaran mushaf yang sedang dibacanya,

Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah : 137).

Utsman bin Affan رضي الله عنه  meninggal dunia sebagai syuhada pada hari itu juga. Betapa mulia Utsman bin Affan رضي الله عنه  yang merupakan teladan demi meraih cinta dan rida Allah ﷻ. Semoga kaum muslim dapat berhati lembut hingga memiliki empati dan rasa malu untuk menunjang kehidupan dunia dan akhirat yang abadi. (Kontributor : Dicky Dewata)

FOLLOW US