• News

Gelombang Panas di India, Sumber Air di Gujarat Kering Kerontang

Tri Umardini | Jum'at, 13/05/2022 01:01 WIB
Gelombang Panas di India, Sumber Air di Gujarat Kering Kerontang Gelombang panas di India. Gelombang Panas di India, Sumber Air di Gujarat Kering Kerontang. (FOTO: AP PHOTO)

JAKARTA - Gelombang panas di India semakin parah. Akibat dehidrasi, puluhan burung di Negara Bagian Gujarat, berjatuhan setiap hari karena kelelahan.

Gelombang panas di wilayah tersebut membuat sumber air di kota terbesar Negara Bagian Gujarat, Ahmedabad, sampai kering, membuat burung-burung kekurangan air.

Dilansir Al Jazeera, Kamis (12/5/2022) gelombang panas yang menerjang kali ini merupakan yang terpanas dalam beberapa dekade terakhir.

Perdana Menteri India Narendra Modi bahkan memperingatkan mengenai meningkatnya risiko kebakaran.

Para dokter di rumah sakit hewan yang dikelola oleh Jivdaya Charitable Trust di Ahmedabad mengatakan, mereka telah merawat ribuan burung dalam beberapa pekan terakhir.

Para dokter menambahkan, para penyelamat membawa puluhan burung yang berjatuhan seperti merpati atau layang-layang setiap harinya.

“Tahun ini adalah salah satu yang terparah dalam beberapa waktu terakhir. Kami telah melihat peningkatan 10 persen dalam jumlah burung yang perlu diselamatkan,” kata Manoj Bhavsar, yang bekerja erat dengan lembaga tersebut dan telah menyelamatkan burung selama lebih dari satu dekade.

Para dokter hewan di rumah sakit tersebut memberi burung-burung tablet multivitamin dan menyuntikkan air ke mulut mereka menggunakan jarum suntik.

Pejabat kesehatan di Gujarat juga telah mengeluarkan imbauan kepada rumah sakit untuk mendirikan bangsal khusus serangan panas dan penyakit terkait panas lainnya karena kenaikan suhu.

Gelombang panas ekstrem yang terjadi beberapa tahun terakhir tidak bisa dilepaskan dari akibat pemanasan global. Hal tersebut dikemukakan oleh para ahli terkemuka dalam mengukur efek perubahan iklim pada cuaca ekstrem mengatakan pada Rabu (11/5/2022).

Pembakaran bahan bakar fosil dan perusakan hutan telah melepaskan cukup banyak gas rumah kaca ke atmosfer yang menyebabkan pemanasan global makin parah.

Karena pemanasan global makin parah, intensitas banjir, kekeringan, kebakaran hutan, dan badai tropis, juga semakin meningkat, dan bahkan lebih ganas.

“Tidak ada keraguan bahwa perubahan iklim adalah game changer besar dalam hal panas yang ekstrem,” kata Friederike Otto, seorang ilmuwan di Institut Grantham Imperial College London, kepada AFP.

Musim panas ekstrem seperti gelombang panas yang mencengkeram Asia Selatan pada Maret dan April sudah menjadi peristiwa ekstrem yang paling mematikan.

“Setiap gelombang panas di dunia sekarang menjadi lebih kuat dan lebih mungkin terjadi karena perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia,” sambung Otto. (*)

 

FOLLOW US