• Oase

`Suara di Balik Jerjak`, Ketika Sastra Lahir di Penjara

Eko Budhiarto | Kamis, 28/04/2022 13:28 WIB
`Suara di Balik Jerjak`, Ketika Sastra Lahir di Penjara Ilustrasi penjara (Foto : Jurnas/doknet)

JAKARTA - Jeruji tak menghalangi para warga binaan dalam mengekspresikan gagasan dan ide mereka, tercermin dalam buku "Suara Di Balik Jerjak" berisi 26 cerita terbaik hasil kurasi 160 naskah dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pemasyarakatan yang tersebar di 14 provinsi Indonesia.

Buku tersebut diluncurkan yayasan nirlaba Second Chance Foundation, Kamis (28/4/2022), yang diharapkan bisa mendukung pengembangan sastra penjara.

Tema yang diangkat beragam. Keteladanan sosok pahlawan nasional, trauma akibat perbuatan masa lalu, kritik terhadap masyarakat, advokasi isu lingkungan di dalam rutan, hingga mendambakan dukungan dari masyarakat dalam merintis wirausaha untuk membangun kehidupan baru setelah bebas. Tim juri yang terdiri dari penulis ternama seperti Oka Rusmini, Feby Indirani dan Nuril Basri menyeleksi dan menetapkan 26 naskah terbaik untuk dibukukan.

Ketua Second Chance Foundation Evy Amir Syamsudin mengatakan, kumpulan cerita dalam buku yang diterbitkan oleh Elex Media Komputindo ini mencerminkan curahan pemikiran dan perasaan ke-26 penulis. Karya-karya yang mereka tulis menjadi terasa sangat personal, baik dalam bentuk cerita fiksi atau kisah nyata yang berasal dari realitas pemikiran dan pengalaman hidup mereka.

Menurut Evy, seluruh cerita pada buku ini menjadi bukti bahwa setiap warga binaan dan Anak memiliki potensi luar biasa, khususnya dalam bidang sastra. Mereka mampu mengungkapkan pengalaman hidup, berbagi perasaan, dan pemikirannya lewat tulisan dengan cara yang menarik dan khas. Meskipun secara fisik terbelenggu, kreativitas para penulis tetap bebas, menembus batas tembok dan jeruji yang mengelilingi mereka.

"Buku ini upaya kami menggali potensi unik dari setiap warga binaan di Indonesia karena mnulis adalah kegiatan positif, juga jadi cara memulihkan diri, selain mengisi waktu luang dengan berkarya," kata Evy dalam konferensi pers daring, Kamis (28/4/2022).

“Saya meyakini lembaga pemasyarakatan, rumah tahanan negara, dan lembaga pembinaan khusus anak di Indonesia beserta ribuan individu di dalamnya memiliki kekayaan dan keunikan cerita dengan ragam perspektif. Ini merupakan potensi luar biasa dalam mengembangkan sastra penjara di Indonesia,” katanya.

Cerita-cerita yang ada di dalam buku ini dia analogikan bagai permata tersembunyi yang berharga untuk diungkapkan ke hadapan publik. Para penulis buku membuktikan bahwa ada hasrat bersuara untuk bisa didengar orang-orang di luar penjara. Buku ini diharapkan bisa menggugah pembaca dan mengikis stigma negatif yang melekat kepada warga binaan, di sisi lain bisa mendorong warga binaan untuk aktif berkarya.

Hal senada juga disampaikan anggota tim juri. Penulis Oka Rusmini menuturkan, membaca karya-karya di dalam buku "Suara Di Balik Jerjak" seperti dihidangkan dengan potret-potret realita hidup yang dialami warga binaan dan Anak. Perempuan yang menulis buku Tarian Bumi dan Sagra ini menyatakan, buku ini adalah potret hidup di luar jangkauan kita yang menuntun masyarakat, khususnya pembaca untuk meningkatkan empati kepada sesama.

“Betapa hidup itu sesungguhnya tidak pernah mudah. Tetapi hidup memang harus ditaklukkan, sebelum dia menyantap kita dengan buasnya. Cerita-cerita dalam buku ini bisa membuat kita berpikir ulang tentang rasa bahagia, rasa syukur, juga iman dan cara kita mengenal Tuhan. Sungguh cerita-cerita yang layak dikomsumsi oleh pembaca luas, bagaimana sesungguhnya hidup manusia-manusia yang diterungku. Beragam cerita di buku ini sungguh membuat kita berpikir banyak hal tentang potret ideal kemanusiaan itu sendiri,” kata Oka.


FOLLOW US