• News

Tim Penyelamat Filipina Masih Berpacu Mencari Puluhan Korban Badai Megi

Yati Maulana | Rabu, 13/04/2022 06:15 WIB
Tim Penyelamat Filipina Masih Berpacu Mencari Puluhan Korban Badai Megi Petuas penyelamat membawa korban badai Megi Filipina di atas tandu. Foto: Reuters

JAKARTA - Tim penyelamat di Filipina berpacu dengan waktu pada Selasa dalam mencari 28 orang hilang dan dikhawatirkan tewas, setelah badai tropis Megi menyebabkan hujan lebat dan tanah longsor mematikan di wilayah selatan dan timur negara itu.

Badan bencana nasional dan lokal melaporkan lima kematian lagi di Filipina tengah dan selatan pada hari Selasa, menjadikan jumlah korban menjadi 30 sejak badai melanda pada akhir pekan.

Megi, badai pertama yang melanda kepulauan yang rawan topan tahun ini, mendarat pada hari Minggu dengan kecepatan angin hingga 65 kilometer (40 mil) per jam dan hembusan hingga 80 kilometer per jam (49 mph).

Polisi, penjaga pantai, dan personel tentara pada hari Selasa telah menemukan 25 mayat setelah tanah longsor di daerah pegunungan di kota Baybay di provinsi Leyte, menurut militer, dengan 105 korban luka dilaporkan.

Badai itu telah melemah dan sedang menuju Samudra Pasifik pada Selasa sore.

"Kami sedih atas insiden mengerikan yang menyebabkan hilangnya nyawa dan kerusakan properti," kata Kolonel Noel Vestuir, seorang komandan brigade infanteri, selama survei daerah. "Kami berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan mereka yang terkena tanah longsor dan menyelamatkan nyawa," kata Vestuir.

Hujan terus-menerus menghambat operasi pencarian dan penyelamatan, kata petugas informasi kota Baybay, Marissa Cano, kepada radio DZBB. "Penolong tidak maju karena tanah masih bergerak, itu berbahaya," kata Cano.

Lebih dari 100 komunitas, terutama yang berada di dekat sungai dan pantai, terendam banjir akibat hujan sedang namun terus menerus selama akhir pekan.

Gambar yang dibagikan oleh penjaga pantai menunjukkan tim penyelamat mengarungi hutan dan perairan sedalam dada, membawa korban selamat yang tertutup lumpur dengan tandu. "Kami meminta bantuan. Kami meninggalkan rumah kami tadi malam karena air banjir terus naik," kata Mary Catherine Relos, penduduk provinsi Capiz, 29 tahun, kepada Reuters.

FOLLOW US