• News

Pemilihan Presiden Timor Leste Menuju Putaran Kedua April Nanti

Yati Maulana | Selasa, 22/03/2022 14:05 WIB
Pemilihan Presiden Timor Leste Menuju Putaran Kedua April Nanti Jose Ramos-Horta. Foto: Reuters

JAKARTA - Dua kandidat teratas dalam pemilihan presiden Timor Lorosa`e tampaknya akan maju ke putaran kedua bulan depan, meskipun penghitungan suara terakhir pada Selasa, 22 Maret 2022 menunjukkan keunggulan untuk peraih Nobel Jose Ramos-Horta.

Dengan semua suara dihitung, Ramos-Horta telah mengamankan 46,58 persen suara, lebih dari dua kali lipat perolehan saingannya, Francisco "Lu Olo" Guterres. Namun Horta belum meraih cukup suara yang dibutuhkan untuk menang dalam satu putaran.

Badan pemilihan, yang memuat penghitungan terbaru di situsnya, belum mengkonfirmasi putaran kedua. Tetapi jika tidak ada kandidat yang mendapatkan lebih dari 50 persen suara, pemilihan akan dilanjutkan ke putaran kedua pada 19 April.

Berbicara di istana kepresidenan pada hari Selasa, presiden petahana Guterres mengatakan dia akan mencari aliansi dengan semua partai yang tidak lolos ke putaran kedua.

“Ayo maju ke putaran kedua karena tidak ada calon yang keluar sebagai pemenang dan tidak ada calon yang keluar sebagai pecundang, sekarang kita mulai lagi dari nol,” ujarnya.

Ramos-Horta mengatakan sebelumnya dia yakin akan kemenangan, dan bahwa pemilihannya akan menyebabkan "gempa politik di parlemen nasional".

Pria 72 tahun, yang sebelumnya menjabat sebagai presiden dari 2007 hingga 2012, mengatakan pekan lalu bahwa dia merasa terdorong untuk mencalonkan diri lagi setelah dia menganggap tindakan presiden petahana telah melanggar konstitusi.

Hampir dua dekade setelah memperoleh kemerdekaan dari negara tetangga Indonesia, Timor Leste mengadakan pemilihan presiden kelima pada hari Sabtu lalu. Pemilihan ini dipenuhi oleh tokoh-tokoh perlawanan utama yang tetap menonjol dalam menjalankan negara termuda di Asia hingga hari ini.

Di Timor Timur, presiden bertanggung jawab untuk mengangkat pemerintah dan juga memiliki kekuasaan untuk membubarkan parlemen.

Negara ini memiliki populasi mayoritas Katolik 1,3 juta orang dan ekonomi yang bergantung pada minyak dan gas, tetapi telah berjuang dengan stabilitas dan pembangunan politik.

FOLLOW US