• Gaya Hidup

Tarian Bumi Novel Karya Oka Rusmini, Kisah Wanita Bangsawan Jatuh Cinta dengan Pria Berkasta Sudra

Tri Umardini | Selasa, 15/03/2022 15:15 WIB
Tarian Bumi Novel Karya Oka Rusmini, Kisah Wanita Bangsawan Jatuh Cinta dengan Pria Berkasta Sudra Novel karya pengarang wanita Indonesia Oka Rusmini berjudul Tarian Bumi. FOTO: GRAMEDIA

JAKARTA - Tarian Bumi merupakan novel karya pengarang wanita Indonesia Oka Rusmini yang dicetak pertama kali pada 2007 oleh penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.

Kendati sudah berlangsung 15 tahun sejak penerbitan pertamanya, namun novel Tarian Bumi masih sangat layak dibaca.

Apalagi kisahnya tentang aturan budaya yang melekat dan dianggap mengekang kebebasan perempuan.

Tema yang mengangkat perempuan selalu ‘relate’ dengan perkembangan zaman.

Berikut resensi singkat Tarian Bumi karya Oka Rusmini.

Ia bernama Ida Ayu Sagra Pidada, perempuan yang dianggap telah memberontak adat, namun ia hanya ingin memiliki kuasa penuh atas hidup dan tubuhnya sendiri.

Ia pun tak memiliki kuasa untuk mengatur rumah tangganya dan tak memiliki kebebasan atas keputusannya sendiri.

Novel ini memperlihatkan akan isu kelas sosial serta perempuan yang selalu jadi nomor dua dalam masyarakat.

Cerita tentang seorang anak perempuan bernama Telaga yang lahir dari seorang Ibu bernama Luh Sekar, perempuan sudra yang menikah dengan seorang Ida bagus (nama depan laki-laki dari kasta Brahmana, kasta tertinggi dari masyarakat bali).

Sudra adalah kasta terendah dalam masyarakat bali.

Telaga atau lengkapnya Ida Ayu (nama depan anak perempuan kasta brahmana) Telaga Pidada menyandang gelar bangsawan.

Sejarah hidup Telaga sendiri penuh luka. Karena cintanya pada seorang laki-laki dari kasta sudra ia bersedia menanggalkan kebangsawannya.

Pernikahan Telaga dan Wayan sejak semula tidak direstui oleh kedua belah pihak orang tua mereka.

Ibu Telaga, yang kemudian berganti nama menjadi “Jero” (Jero adalah nama yang harus dipakai oleh seorang perempuan sudra yang menjadi anggota keluarga griya) Kenanga, dulunya seorang penari sudra yang sangat cantik.

Kehidupan keluarganya yang miskin dan terhina membuat Kenanga sangat berambisi untuk menjadi kaya dan terhormat.

Satu-satunya jalan untuk mewujudkan keinginan itu adalah dengan menerima pinangan dari lelaki bangsawan yang tidak dicintainya.

Bagi Kenanga, cinta tak penting, yang utama adalah kekayaan.

Laki-laki bangsawan yang dinikahi Kenanga kemudian ditemukan meninggal dalam dekapan pelacur.

Ibu mertua Kenanga adalah wanita yang sangat keras. Sejak awal ia tidak menyukai anak laki-laki kesayangannya menikahi perempuan sudra.

Ia menerapkan aturan yang sangat kaku. Bagi nenek Telaga, wibawa harus terus dijaga agar orang di luar griya mau menghargainya.

Dalam rumah besar dan mewah itu hanya teriakan nenek dan kata-kata kasar ayah yang sering keluar.

Ibu Telaga jarang berbicara. Dan kakek hanya bisa diam. Setelah kematian ayah Telaga disusul kemudian nenek, Ibu mulai mengatur kehidupan Telaga.

Kenanga tidak membiarkan Telaga berpikir untuk hidupnya sendiri. Keinginan-keinginan Kenanga adalah harga mati yang tak seorang pun bisa membelokkannya, pun demikian jodoh untuk Telaga, putri satu-satunya.

Sementara itu, Ibu Wayan, sangat keberatan niat putranya menyunting Telaga.

Tak pantas laki-laki sudra meminang perempuan brahmana. Jika itu terjadi maka dikhawatirkan malapetaka akan menimpa keluarga mereka.

Namun pernikahan tidak dapat dibatalkan karena Telaga telah mengandung calon benih Wayan. Telaga dan Wayan menikah untuk kemudian mereka tinggal bersama Ibu Wayan.

Namun pernikahan itu tidak berlangsung lama. Wayan ditemukan meninggal di studio lukisnya.

Dari hasil pemeriksaan dokter diketahui bahwa Wayan mengidap penyakit jantung bawaan sejak kecil.

Kematian putra satu-satunya mendorong Ibu Wayan meminta Telaga untuk melakukan upacara Patiwangi. Ibu Wayan meyakini sebelum Telaga melakukan upacara itu, selamanya ia akan menjadi pembawa malapetaka.

Upacara patiwangi adalah semacam upacara pamitan kepada leluhur di griya (tempat tinggal kasta Brahmana), karena ia tidak lagi menjadi bagian dari keluarga griya.

Bukan sebuah upacara yang mudah. Karena upacara ini akan menurunkan harga diri keluarga griya dan menjatuhkan nama baik mereka.

Dengan upara pamit ini akan menimbulkan masalah, karena Telaga akan dijadikan contoh dan dapat menyebabkan banyak Ida Ayu yang kawin dengan laki-laki sudra. Dan ini adalah aib bagi leluhur griya.

Kisah yang menarik. Pembaca diajak mengenal dan mengetahui lebih dalam kehidupan para perempuan Bali.

Di tengah dunia yang bergerak maju, masih ditemui bentuk ketidakadilan yang menimpa kaum perempuan. Keterikatan pada adat dan budaya membuat mereka memasrahkan diri sekaligus mencoba memberontak.

Judul Buku: Tarian Bumi
Penulis: Oka Rusmini
Tahun Penerbitan: 2007
Cetakan Ke: Pertama
No ISBN: 978-979-22-2877-9/979-22-2877-2
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama (*)

FOLLOW US