• News

PBB: Perang Ukraina Memicu Kenaikan Harga Pangan 20 Persen

Yati Maulana | Jum'at, 11/03/2022 20:15 WIB
PBB: Perang Ukraina Memicu Kenaikan Harga Pangan 20 Persen PBB mengatakan perang Ukraina memicu kenaikan harga pangan hingga 20 persen dan juga memicu kekurangan gizi. Foto: Reuters

JAKARTA - Harga pangan dan pakan internasional bisa naik antara 8 hingga 20 persen sebagai akibat dari konflik di Ukraina, yang dapat memicu lonjakan kekurangan gizi global.

Badan Pangan dan Pertanian PBB (FAO), pada Jumat 11 Maret 2022 mengatakan, dalam penilaian awal invasi Rusia ke tetangganya, tidak jelas apakah Ukraina akan dapat memanen tanaman selama konflik yang berkepanjangan, sementara ketidakpastian juga menyelimuti ekspor makanan Rusia.

FAO mengatakan Rusia adalah pengekspor gandum terbesar di dunia, sementara Ukraina adalah yang terbesar kelima. Bersama-sama, mereka menyediakan 19 persen pasokan jelai dunia, 14 persen gandum, dan 4 persen jagung, yang merupakan lebih dari sepertiga ekspor sereal global. Rusia juga merupakan pemimpin dunia dalam ekspor pupuk.

"Kemungkinan gangguan terhadap kegiatan pertanian dari dua eksportir utama komoditas pokok ini dapat secara serius meningkatkan kerawanan pangan secara global," kata Direktur Jenderal FAO Qu Dongyu dalam sebuah pernyataan.

Indeks harga pangan tubuh mencapai rekor tertinggi pada Februari, dan tampaknya pasti akan naik lebih jauh lagi di bulan-bulan mendatang sebagai konsekuensi dari konflik yang bergema di seluruh dunia.

Antara 20 hingga 30 persen dari ladang yang digunakan untuk menanam sereal musim dingin, jagung dan bunga matahari di Ukraina tidak akan ditanam atau akan tetap tidak dipanen selama musim 2022/23, kata FAO, seraya menambahkan bahwa ekspor Rusia mungkin terganggu oleh sanksi internasional.

FAO mengatakan 50 negara, termasuk banyak negara kurang berkembang, bergantung pada Rusia dan Ukraina untuk 30 persen atau lebih pasokan gandum mereka, membuat mereka sangat rentan. "Jumlah global orang yang kekurangan gizi dapat meningkat 8 hingga 13 juta orang pada 2022/23," kata FAO, seraya menambahkan bahwa kenaikan paling menonjol akan terlihat di kawasan Asia-Pasifik diikuti oleh Afrika sub-Sahara.

FOLLOW US