• Hiburan

Novel Kitab Kawin Karya Laksmi Pamuntjak, Kisah Para Perempuan di Dunia Pernikahan

Tri Umardini | Rabu, 09/03/2022 09:35 WIB
Novel Kitab Kawin Karya Laksmi Pamuntjak, Kisah Para Perempuan di Dunia Pernikahan Novel karya pengarang wanita Indonesia, Laksmi Pamuntjak berjudul Kitab Kawin. FOTO: GRAMEDIA

JAKARTA - Awal Maret menjadi momennya para perempuan seluruh dunia dan Indonesia.

Seperti diketahui 8 Maret merupakan Hari Perempuan Internasional atau International Women’s Day (IWD).

Kemudian pada 9 Maret ditetapkan sebagai Hari Wanita Indonesia.

Tahun ini PBB mengumumkan bahwa tema yang diangkat pada tahun ini dengan “Gender equality today for a sustainable tomorrow” (kesetaraan gender hari ini untuk masa depan yang berkelanjutan).

Hal ini agar perempuan memiliki suara yang sama dan masa depan yang berkelanjutan bisa lebih maju karena kesetaraan gender telah digalakkan.

Namun, hingga saat ini kita masih melihat diskriminasi yang terjadi pada perempuan, baik di lingkungan kerja, sekolah, komunitas, lingkungan sekitar, dari laki-laki maupun dari perempuan sendiri.

Maka dari itu, situs web International Women’s Day mengangkat tema #BreakTheBias dalam melawan bias, stereotip, dan diskriminasi yang melekat pada perempuan.

Dengan ini, diharapkan semua masyarakat sadar betul akan peran perempuan yang tak kalah berharga dalam setiap bidang kehidupan dan menciptakan dunia yang adil.

Nah pehobi baca, nggak ada salahnya nih momen Hari Perempuan Internasional dan Hari Wanita Indonesia kamu memilih novel tentang wanita yang ditulis pengarang wanita Indonesia.

Kitab Kawin karya Laksmi Pamuntjak! Novel ini merupakan pemenang Singapore Book Awards 2020.

Berikut resensi singkat novel Kitab Kawin karya Laksmi Pamuntjak sebelum kamu membaca utuh novelnya.

Novl Kitab Kawin berisi 11 cerita pendek dari para perempuan dengan berbagai latar belakang yang berbeda, melalui buku ini Laksmi Pamuntjak membawa berbagai perspektif dari tema pernikahan.

Lalu ada juga kisah perselingkuhan, sepasang kekasih yang berpacaran, poligami, mencintai istri kakak, sampai naksir dengan menantu sendiri.

Dari rumah-rumah kelas menengah atas Jakarta, kota kecil di daerah pedesaan Jawa Tengah, atau pedalaman di Pulau Buru.

Buku ini tidak hanya berkisah tentang jiwa-jiwa yang buncah, kesepian dan telantar, serta tubuh-tubuh yang terpasung dan disakiti, tapi juga tentang jiwa-jiwa yang berontak dan merdeka, dan yang berani merumuskan ulang hukum-hukum perkawinan bagi diri mereka sendiri. (*)

 

FOLLOW US