BBM Langka di Yaman, Harga Melonjak Rp 500 Ribu per 20 Liter

Yati Maulana | Senin, 07/03/2022 16:15 WIB
BBM Langka di Yaman, Harga Melonjak Rp 500 Ribu per 20 Liter Kelangkaan bahhan bakar minyak di Yaman membuat harga melonjak dan antrean berhari-hari. Foto: Reuters

JAKARTA - Warga Yaman banyak yang naik ke atap atau bergelantungan di sisi mobil van taksi karena kekurangan bahan bakar minyak yang parah di ibu kota Sanaa dan daerah yang dikuasai Houthi lainnya. Hal itu meningkatkan permintaan transportasi umum, setelah orang-orang mengantri berhari-hari untuk mengisi tangki mobil mereka.

Mahasiswa Amjad al-Amari dan Ahmed al-Mutahar mengeluh krisis bahan bakar semakin mengganggu pendidikan mereka di negara semenanjung Arab yang dilanda perang. "Saat kami datang untuk kuliah, kami datang terlambat. Kami ketinggalan setengahnya dan profesor menganggap kami tidak hadir," kata al-Amari. "Kami bahkan tidak dapat menemukan (taksi) dan (yang kami dapatkan) penuh sesak."

Orang-orang juga berjuang untuk mencapai pasar dan pusat kesehatan. Dua puluh liter bensin di SPBU berharga 9.500 real atau sekitar Rp 547 ribu dan lebih dari empat kali lipat harga di pasar paralel.

Hanya sedikit orang yang mampu membayar ini. Sekitar 80 persen penduduk Yaman membutuhkan bantuan karena keruntuhan ekonomi dalam perang tujuh tahun dan blokade laut dan udara oleh koalisi pimpinan Saudi di daerah-daerah yang dikuasai oleh Houthi.

"Krisis (bahan bakar) mempengaruhi seluruh penduduk, dari biasa hingga mereka yang berada di atas. Baik pejabat maupun non pejabat," pegawai negeri Fawaz al-Sayaghi mengatakan kepada Reuters.

Akses udara dan laut ke Yaman dikendalikan oleh koalisi yang melakukan intervensi di Yaman pada awal 2015 setelah Houthi yang bersekutu dengan Iran menggulingkan pemerintah dari Sanaa. Aliansi mengatakan pembatasan diperlukan untuk mencegah penyelundupan senjata, dan menuduh Houthi menggunakan pelabuhan untuk tujuan militer, tuduhan yang dibantah kelompok itu.

Pejabat Houthi mengatakan tidak ada kapal bahan bakar yang diizinkan berlabuh di pelabuhan utama Hodeidah di negara itu sejak 3 Januari. "Kami menyerukan kepada pihak berwenang terkait, organisasi internasional dan PBB untuk mencabut pengepungan turunan minyak dan komoditas makanan pokok bagi masyarakat untuk memiliki mata pencaharian minimum," kata Muhsen al-Shahary, pegawai negeri lainnya di Sanaa.

FOLLOW US