• News

Perempuan Kenya Ini Kembali ke Sekolah Pada Usia 98 Tahun

Yati Maulana | Jum'at, 18/02/2022 08:30 WIB
Perempuan Kenya Ini Kembali ke Sekolah Pada Usia 98 Tahun Priscilla Sitienei, perempuan Kenya yang berusia 98 tahun kembali ke bangku sekolah untuk memberi contoh pada generasi muda. Foto: Arab News

JAKARTA - Di ruang kelas batu di pedesaan Rift Valley Kenya, Priscilla Sitienei, yang berusia 99 tahun, membuat catatan selayaknya murid lain yang usianya berbeda delapan dekade lebih muda darinya. Mengenakan seragam sekolah gaun abu-abu dan sweter hijau, Sitienei mengatakan bahwa dia kembali ke kelas untuk memberikan contoh yang baik bagi cicitnya dan untuk mengejar karir baru.

"Saya ingin menjadi dokter karena saya pernah menjadi bidan," katanya kepada Reuters, seraya menambahkan bahwa anak-anaknya mendukung keputusannya.

Pemerintah negara Afrika Timur mulai mensubsidi biaya sekolah dasar pada tahun 2003, memungkinkan beberapa warga yang lebih tua yang melewatkan pendidikan di masa muda mereka untuk menghidupkan kembali mimpi mereka.

Ini melambungkan beberapa murid tua menjadi bintang, termasuk Sitienei, yang melakukan perjalanan ke Paris tahun lalu untuk peluncuran film tentang perjalanannya berjudul `Gogo`. `Gogo` berarti nenek dalam bahasa Kalenjin asalnya. Dia juga akan segera menuju ke New York untuk peluncuran film tersebut.

Sitienei, yang duduk di kelas enam sekolah dasar mengatakan tujuannya jauh lebih praktis daripada menjadi bintang film.

Dia bilang dia punya ide ketika cucu buyutnya putus sekolah setelah hamil. "Saya bercanda bertanya apakah dia memiliki sisa biaya di sekolah dan dia menjawab ya, saya mengatakan kepadanya bahwa saya akan menggunakannya untuk memulai bersekolah."

Dia berharap cicit perempuannya akan melanjutkan studinya, katanya, tetapi ketika dia menolak, Sitienei memutuskan untuk pergi ke sekolah sendiri. Dia mengatakan dia juga menikmati kegiatan sekolah lain bersama cucu-cucunya yang lain, termasuk kelas pendidikan jasmani.

"Itu membuat saya tetap fit. Aku bisa melompat-lompat, meski tidak sebanyak yang mereka bisa, tapi setidaknya aku menggerakkan tubuhku. Itu adalah kebahagiaan saya," katanya.

Gurunya memanfaatkan pengalamannya yang luas untuk menjaga kedamaian selama pelajaran. "Saya menjadikannya sebagai pemantau kelas saya, mencari pembuat kebisingan di kelas. Jadi, dia berhasil melakukan pekerjaan itu. Saat saya keluar, kelas tetap sepi," kata Leonida Talaam, wali kelasnya.

FOLLOW US