• News

Mau ke Arab Saudi, Begini Aturan Covid Baru Bagi Pelancong

Yati Maulana | Kamis, 10/02/2022 06:30 WIB
Mau ke Arab Saudi, Begini Aturan Covid Baru Bagi Pelancong Arab Saudi memberlakukan aturan tes Covid baru bagi pelancong pada Rabu, 9 Februari 2022. Foto: Arabnews

JAKARTA - Prosedur pengujian Covid-19 baru mulai berlaku di Arab Saudi pada hari Rabu, 9 Februari 2022, yang mengharuskan para pelancong untuk menjalani tes antigen cepat pada saat kedatangan. Otoritas Umum untuk Penerbangan Sipil juga memperbarui aturan bagi mereka yang meninggalkan Kerajaan.

Warga negara dan warga negara asing harus memegang sertifikat negatif terlepas dari status vaksin untuk PCR atau tes antigen cepat yang disetujui, dengan sampel diambil dalam waktu 48 jam dari tanggal keberangkatan mereka ke Kerajaan Saudi.

Anak-anak di bawah usia 8 tahun dikecualikan dari tes, meskipun peraturan negara asal terkait prosedur tes Covid-19 untuk anak harus diperhitungkan.

Langkah-langkah tersebut mulai berlaku pada pukul 1 pagi pada hari Rabu, 9 Februari. Aturan ini juga mencakup bahwa warga harus menerima suntikan vaksin Covid-19 sebelum meninggalkan Kerajaan. Dosis ketiga dapat dilakukan tiga bulan setelah dosis kedua. Mereka yang berusia di bawah 16 tahun dibebaskan, serta mereka yang memegang status "dikecualikan" di aplikasi Tawakkalna.

Warga yang dites positif tetapi telah menerima jumlah penuh dosis vaksin yang disetujui oleh Kerajaan diizinkan masuk setelah 7 hari sejak tanggal tes positif mereka tanpa perlu pemeriksaan ulang.

Mereka yang tidak menyelesaikan dosis vaksin yang disetujui sepenuhnya dapat masuk kembali ke Kerajaan setelah 10 hari sejak tanggal tes positif.

Arab News berbicara dengan konsultan penyakit menular dan kepala departemen penyakit dalam di Rumah Sakit King Fahad di Jeddah, Dr. Wail Bajhmom, yang menjelaskan bahwa tes antigen adalah tes komersial untuk mendiagnosis dengan cepat keberadaan partikel virus corona.

"Dengan kata lain, ini adalah tes yang mencari keberadaan partikel virus corona dalam sampel yang digunakan dari subjek, digunakan secara komersial sebagai tes antigen cepat dan mengikuti fakta sederhana; bahwa dalam kasus adanya COVID-19 akan terjadi reaksi antara virus (antigen) dengan senyawa dalam kit dan menunjukkan hasil yang positif," ujarnya.

"Tes tentu akan menunjukkan hasil negatif jika tidak ada reaksi yang berarti tidak ada virus. Metode yang disebut rapid antigen test ini merupakan metode yang terkenal untuk mendeteksi virus dan infeksi lainnya secara cepat," tambahnya.

Perbedaan antara tes antigen cepat dan tes reaksi berantai polimerase adalah waktu hasil. “Bila menggunakan RAT hasilnya akan dicapai dalam waktu yang sangat singkat yaitu 15 menit dan lebih murah dengan sensitivitas tinggi yang berarti ada kemungkinan besar tes ini untuk menangkap pasien positif,” katanya. "Apalagi RAT adalah tes yang sangat sederhana dimana bisa dilakukan di rumah tanpa perlu membawa sampel ke laboratorium."

Dia menyoroti bahwa PCR adalah tes yang lebih rinci dan spesifik, dan dapat mendeteksi keberadaan virus corona dalam sampel bahkan dalam jumlah minimal. "Selain itu, tes harus dilakukan di laboratorium khusus dan harus dijalankan oleh tenaga medis khusus yang terlatih. Ini masih merupakan metode standar emas untuk mendiagnosis COVID-19. Padahal, itu lebih mahal daripada rapid antigen test dan membutuhkan waktu lebih lama untuk mengungkapkan hasilnya," ujarnya.

"Singkatnya, tes antigen cepat untuk infeksi COVID-19 adalah salah satu tes yang paling berguna dan lebih murah untuk memberikan hasil yang cepat dan sensitif, dan ini adalah praktik yang sangat baik untuk digunakan untuk menyaring pelancong, tetapi PCR masih tes diagnostik konfirmasi yang direkomendasikan," tambahnya.

FOLLOW US