Ilustrasi penderita kanker. FOTO: HO CLOUDINARY
JAKARTA - Dikenal ganas ketahui risiko, penyebab, gejala, & diagnosis penyakit kanker.
Hari Kanker Sedunia atau World Cancer Day baru saja diperingati pada 4 Februari lalu.
Dilansir dari laman World Cancer Day, tema “Close the Care Gap” ditujukan untuk memahami dan mengakui ketidakadilan dalam perawatan kanker di seluruh dunia.
Kanker diketahui merupakan permasalahan kesehatan serius di Indonesia dan dunia. Terlebih, penyakit ini dapat menyerang semua usia mulai anak-anak, remaja, hingga dewasa.
Mencegah dan mengantisipasi penyakit ganas ini, terlebih dahulu kita harus tahu mengenai kanker dan seluk-beluknya.
Seperti dikutip dari Halodoc, kanker adalah penyakit yang terjadi akibat pertumbuhan sel-sel abnormal yang tidak terkendali, menyebabkan jaringan tubuh normal rusak.
Pada dasarnya, tubuh manusia terdiri dari triliunan sel yang tersebar di setiap organ dan bagian. Nantinya, sel-sel ini akan terus tumbuh dan berkembang menjadi sel baru. Karena sudah tergantikan, secara alami sel-sel yang tidak sehat, tidak berfungsi dan tua akan mati.
Sementara sel kanker tidak akan mati dengan sendirinya. Sel tersebut akan memperbanyak diri hingga jumlah yang sudah tak bisa dikendalikan lagi. Perubahan inilah yang bisa memicu munculnya sel kanker.
Penyakit ini bisa muncul pada bagian tubuh mana pun karena asalnya dari sel dalam tubuh manusia. Hal tersebut menjawab pertanyaan mengapa kanker banyak sekali jenisnya. Berdasarkan laporan dan riset, terdapat lebih dari 200 jenis penyakit kanker yang berbeda.
Faktor Risiko
Ada banyak faktor yang meningkatkan risiko terkena kanker. Antara lain:
- Riwayat keluarga
- Usia. Usia di atas 65 tahun lebih berisiko untuk mengalami kanker.
- Kebiasaan buruk. Seperti mengonsumsi alkohol berlebihan, merokok, paparan sinar matahari berlebihan, obesitas, dan seks yang tidak aman.
- Kondisi kesehatan. Beberapa kondisi kesehatan kronis, seperti ulcerative colitis juga meningkatkan risiko munculnya kanker jenis tertentu.
- Lingkungan hidup. Bahan kimia berbahaya seperti asbes dan benzena di rumah atau tempat kerja bisa menjadi faktor yang meningkatkan risiko penyakit ini.
Penyebab Kanker
Penyebab utama kanker adalah terjadinya perubahan (mutasi) pada gen dalam sel. Terkandung ribuan DNA dalam gen yang memberikan instruksi pada sel agar menjalankan fungsinya pada organ tubuh tempat sel tersebut hidup. Namun, prosesnya belum tentu selalu sempurna. Saat pembelahan diri pada sel terjadi, terdapat risiko sel baru dari pembelahan tersebut mengandung gen yang rusak atau terjadi penggandaan terlalu banyak.
Hal itu disebut sebagai mutasi gen, ditandai dengan adanya perubahan struktur pada gen.
Biasanya, mutasi gen baru akan berpotensi menimbulkan kanker jika terjadi lebih dari lima kali dan melibatkan gen yang berbeda. Proses ini bisa berlangsung hingga bertahun-tahun sampai sel-sel tersebut membelah diri dan membentuk sel kanker yang cukup besar.
Barulah gejala-gejalanya mulai muncul dan sel-sel kanker tampak ketika tubuh diperiksa. Namun pada anak-anak, kerusakan gen sudah terjadi sejak dalam kandungan atau sejak lahir.
Secara umum, ada dua faktor penyebab kanker yang paling sering terjadi, yaitu faktor internal (seperti, keturunan) dan faktor eksternal (misalnya, perubahan hormon, obesitas, kurang berolahraga, kebiasaan merokok, serta paparan radiasi, virus, dan bahan-bahan kimia).
Gejala Kanker
- Muncul benjolan yang tidak lazim;
- Perubahan pada kulit;
- Masalah pada kelenjar getah bening;
- Berat badan turun tanpa sebab;
- Batuk atau sesak napas berkepanjangan;
- Munculnya rasa sakit tanpa sebab; dan
- Perdarahan tidak normal.
Jika kamu mengalami satu tanda atau gejala kanker yang disebutkan di atas, atau memiliki pertanyaan apapun tentang gejala penyakit ini, sebaiknya segera berbicara kepada dokter.
Diagnosis Kanker
Diagnosis penyakit kanker seharusnya dilakukan secepatnya agar penanganan bisa dilakukan. Hal ini tentu saja agar peluang sembuh pengidap lebih tinggi terutama pada stadium awal.
Selain itu, terdapat satu atau lebih pendekatan yang bisa digunakan dokter dalam mendiagnosis penyakit ini. Diagnosis yang dapat dilakukan seperti pemeriksaan fisik, tes darah (laboratorium), tes MRI, USG, rontgen, dan CT scan (sebagai tes pencitraan) dan juga biopsi. (*)