• News

Vaksin Booster 3 Bulan Pertama 2022 Gunakan AstraZeneca

Akhyar Zein | Minggu, 30/01/2022 13:55 WIB
Vaksin Booster 3 Bulan Pertama 2022 Gunakan AstraZeneca Vaksin AstraZeneca ( foto: AP/ theconversation.com)

JAKARTA  - Tiga bulan pertama (triwulan 1) 2022 Pemerintah mulai memfokuskan vaksinasi booster atau dosis penguat menggunakan jenis vaksin AstraZeneca kata pejabat Kementerian Kesehatan RI.

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmidzi yang dikonfirmasi di Jakarta, Ahad dan dilansir dari Antara mengatakan bahwa untuk triwulan 1 tahun 2022 alokasi vaksin booster akan diutamakan untuk vaksin AstraZeneca mengingat ketersediaan stok vaksin yang cukup banyak. 

Nadia mengatakan vaksin AstraZeneca dapat digunakan dengan interval delapan hingga 12 pekan, tapi untuk mempercepat pencapaian dosis primer maka vaksin AstraZeneca diberikan dengan interval delapan pekan sejak penerimaan vaksin primer dosis lengkap.

Ia mengatakan pelaksanaan vaksinasi program dosis booster dapat dilaksanakan secara serentak di seluruh kabupaten/kota bagi masyarakat umum tanpa menunggu target capaian 70 persen dan cakupan dosis 1 lansia minimal 60 persen.

Syarat penerima vaksin dosis booster antara lain, calon penerima vaksin menunjukkan NIK dengan membawa KTP/KK atau melalui aplikasi PeduliLindungi, berusia 18 tahun ke atas, telah mendapatkan vaksinasi primer dosis lengkap minimal enam bulan sebelumnya.

Regimen dosis lanjutan (booster) yang diberikan pada triwulan pertama tahun 2022 yaitu untuk sasaran dengan dosis primer Sinovac maka diberikan vaksin AstraZeneca, separuh dosis (0,25 ml), atau vaksin Pfizer separuh dosis (0,15 ml).

Untuk sasaran dengan dosis primer AstraZeneca maka diberikan vaksin Moderna, separuh dosis (0,25 ml), bisa juga vaksin Pfizer, separuh dosis (0,15 ml), atau vaksin AstraZeneca, dosis penuh (0,5 ml).

"Seluruh ketentuan itu telah melalui kajian para pakar ilmu kesehatan seperti Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) serta kalangan akademisi," katanya.

FOLLOW US