• Gaya Hidup

Pengguna Vaksin Sinovac Akan Lebih Kuat Dengan Booster Vaksin Berbeda

Yati Maulana | Selasa, 25/01/2022 09:08 WIB
Pengguna Vaksin Sinovac Akan Lebih Kuat Dengan Booster Vaksin Berbeda Botol vaksin Sputnik V terlihat di Rumah Sakit Pusat Del-Pest di Budapest, Hongaria, 12 Februari 2021. (Foto file: tempo.co)

JAKARTA - Dosis ketiga yakni penguat atau booster dari vaksin COVID-19 yang dibuat oleh AstraZeneca, Pfizer-BioNTech atau Johnson & Johnson meningkatkan kadar antibodi secara signifikan pada mereka yang sebelumnya telah menerima dua dosis suntikan CoronaVac Sinovac (SVA.O), kata sebuah penelitian.

Studi tersebut menemukan bahwa CoronaVac menerima dorongan terkuat dari vektor virus atau suntikan RNA, termasuk terhadap varian virus corona Delta dan Omicron, kata para peneliti dari Brasil dan Universitas Oxford, Senin, 24 Januari 2022 yang dikutip Reuters.

Vaksin Sinovac yang berbasis di China menggunakan versi strain virus corona yang tidak aktif, atau mati, yang diisolasi dari seorang pasien di China. Saat ini disetujui di lebih dari 50 negara termasuk Brasil, Cina, Argentina, Afrika Selatan, Oman, Malaysia, Indonesia, dan Turki.

"Studi ini memberikan pilihan penting bagi pembuat kebijakan di banyak negara di mana vaksin tidak aktif telah digunakan," kata Andrew Pollard, direktur Oxford Vaccine Group dan pemimpin studi.

Namun, penelitian lain pada bulan Desember menemukan bahwa suntikan dua dosis Sinovac diikuti dengan dosis booster vaksin Pfizer-BioNTech menunjukkan respon imun yang lebih rendah terhadap varian Omicron dibandingkan dengan strain lain.

Vaksin vektor virus seperti yang dikembangkan oleh AstraZeneca-Oxford (AZN.L) dan J&J (JNJ.N) menggunakan versi virus lain yang dilemahkan untuk mengirimkan protein dari virus yang memerlukan perlindungan.

Vaksin mRNA Pfizer (PFE.N) dan BioNTech (22UAy.DE) mengajarkan tubuh cara membuat antibodi terhadap infeksi melalui sinyal kimia.

Dosis ketiga CoronaVac juga meningkatkan antibodi, tetapi hasilnya lebih baik ketika vaksin yang berbeda digunakan, menurut penelitian terbaru yang melibatkan 1.240 sukarelawan dari kota Sao Paulo dan Salvador di Brasil.

FOLLOW US