• Gaya Hidup

Masyarakat Harus Diyakinkan, Rugi Kalau Tak Pindah ke Kompor Listrik

Pamudji Slamet | Rabu, 15/12/2021 16:32 WIB
Masyarakat Harus Diyakinkan, Rugi  Kalau Tak Pindah ke Kompor Listrik Ilustrasi kompor listrik

Katakini.com - Wacana konversi atau pengalihan kompor LPG ke kompor listrik menggema di seluruh sudut negeri. Pemberitaan di media massa pun semakin kencang dan bertubi-tubi.

Popularitas kompor listrik di masyarakat ditengarai tak jauh beda dengan kompor LPG. Sama-sama populer, sama-sama terkenal. Sayangnya, hingga kini belum ada survei yang bisa membuktikan dugaan tersebut. Jika ada, tentu lebih memudahkan untuk  mengintensifkan sosialisasi konversi kompor LPG ke kompor lisrik.

Adalah benar, Indonesia pernah sukses mengonversi kompor minyak tanah ke LPG. Kisah sukses ini dipercaya bisa di`copy-paste` ke kompor listrik.   

"Kalau kita bisa ubah minyak tanah ke LPG, kenapa tidak ubah LPG ke listrik," kata Menteri BUMN Erick Thohir.

Baiklah, sembari menunggu perlu-tidaknya survei tentang popularitas kompor listrik, yang meski diintensifkan saat ini adalah publikasi tentang sisi positif konversi. Kalau dicermati, sejauh ini publikasi PT PLN (Persero) telah menonjolkan sisi-sisi tersebut.

Ada dua pertanyaan besar masyarakat, yang harus dijawab. Yakni, mengapa mereka harus hijrah dari kompor LPG ke kompor listrik. Lalu, benefit (keuntungan) apa yang akan mereka peroleh jika bermigrasi ke kompor listrik.

Mari jawab satu per satu pertanyaan itu. Pertama, mengapa masyarakat harus pindah dari LPG ke kompor listrik. Jawaban pertanyaan ini terkait dengan program transisi energi, yang kini dicanangkan oleh Pemerintah.  

Beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumpulkan jajaran Direksi serta Komisaris PT PLN (Persero) dan PT Pertamina (Persero) meminta program transisi energi dijalankan, seperti dengan penggunaan kendaraan listrik dan kompor induksi.

“Kalau kita bisa mengalihkan itu ke energi yang lain, misalnya mobil diganti listrik semuanya, gas rumah tangga diganti listrik semuanya, karena di PLN oversupply. Artinya, pasokan dari PLN terserap, impor minyak di Pertamina turun,” kata Presiden menegaskan.

Jadi, kalau berpindah ke kompor listrik, maka masyarakat turut menyukseskan program transisi energi.

Dengan cadangan daya lebih dari 30 persen di hampir seluruh sistem kelistrikan, kata Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN Bob Saril, PLN siap mengawal program transisi energi melalui konversi kompor listrik.

Kedua, keuntungan apa yang masyarakat peroleh bila hijrah ke kompor listrik. PLN menjawab pertanyaan ini melalui uji coba efisiensi biaya pemakaian kompor listrik.

Hasil uji coba PLN menyebutkan, memasak 1 liter air menggunakan kompor induksi 1.200 watt memerlukan biaya sebesar Rp 158. Sementara, dengan kompor elpiji tabung 12 kilogram sekitar Rp 176. Dengan pola memasak rata-rata  masyarakat di Indonesia menggunakan gas LPG 11,4 kilogram per bulan, ada penghematan Rp 28.500 dari biaya memasak setiap bulan.

"Tidak hanya itu, menggunakan kompor induksi juga lebih praktis, tinggal colok saja. Selain itu, juga mengurangi potensi polusi rumah tangga, " kata Executive Vice President Komunikasi Korporat dan CSR PLN Agung Murdifi.

Pertanyaan selanjutnya yang tak kalah penting adalah benefit penambahan daya. Ini penting, karena pemakaian kompor listrik atau kompor induksi harus dibarengi dengan kecukupan daya listrik.

Saat ini PLN memberikan harga khusus tambah daya hanya sebesar Rp150.000. Harga ini bisa didapat melalui Program Nyaman Kompor Induksi 2021, bagi pelanggan yang membeli kompor induksi melalui mitra yang memiliki kerja sama dengan PLN.

Melalui jawaban-jawaban tersebut, masyarakat akan mudah diyakinkan bahwa rugi jika tidak segera hijrah ke kompor listrik.

FOLLOW US