• News

PBB Desak Prihatin Soal Pembatasan Perjalanan terhadap Peraih Nobel Ressa

Asrul | Selasa, 30/11/2021 06:22 WIB
PBB Desak Prihatin Soal Pembatasan Perjalanan terhadap Peraih Nobel Ressa Jurnalis Filipina dan CEO Rappler Maria Ressa, salah satu pemenang Hadiah Nobel Perdamaian 2021, berbicara selama wawancara di Taguig City, Metro Manila, di Filipina, 9 Oktober 2021. (Foto: REUTERS/Eloisa Lopez)

JAKARTA - Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Senin (29/11) mendesak Filipina untuk mengizinkan jurnalis pemenang Hadiah Nobel Maria Ressa melakukan perjalanan ke Norwegia bulan depan untuk menerima penghargaan tersebut.

Ressa, peraih Nobel pertama dari Filipina, berbagi Hadiah Perdamaian dengan jurnalis investigasi Rusia Dmitry Muratov, sebuah langkah yang secara luas dilihat sebagai dukungan terhadap hak kebebasan berbicara, yang mendapat kecaman di seluruh dunia.

Ressa telah meminta persetujuan pemerintah untuk melakukan perjalanan ke Norwegia untuk menerima Hadiah Nobel Perdamaian pada 10 Desember.

Juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres,  Stephane Dujarric mengatakan, PBB sangat prihatin tentang pembatasan perjalanan yang diberlakukan pada Ressa oleh pemerintah.

"Kami mendesak pemerintah Filipina untuk segera mencabut pembatasan semacam itu dan mengizinkannya melakukan perjalanan ke Oslo," kata Dujarric kepada wartawan di New York.

Lisensi untuk situs berita Ressa, Rappler, telah ditangguhkan dan dia telah menghadapi tindakan hukum karena berbagai alasan. Pendukung mengatakan dia telah menjadi sasaran pengawasan kebijakan pemerintah, termasuk perang berdarah terhadap narkoba yang diluncurkan oleh Presiden Rodrigo Duterte.

Peringkat Filipina dalam Indeks Kebebasan Pers Dunia 2021 turun dua tingkat menjadi 138 dari 180 negara, dan Committee to Protect Journalists menempatkan Filipina ketujuh di dunia dalam indeks impunitas, yang melacak kematian anggota media yang pembunuhnya dibebaskan. .

Pemerintah menyangkal mengganggu media dan mengatakan setiap masalah yang dihadapi organisasi adalah legal, bukan politis. Dikatakan bahwa mereka percaya pada kebebasan berbicara. (REUTERS)

FOLLOW US