• Kabar Pertanian

Ekspor 24 Ragam Komoditas Pertanian ke 26 Negara, Ini Penjelasan Kementan!

Asrul | Kamis, 25/11/2021 13:23 WIB
Ekspor 24 Ragam Komoditas Pertanian ke 26 Negara, Ini Penjelasan Kementan! Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo, saat memberikan arahan pada Rapat Kerja Nasional Barantan di Bogor, Selasa 12 Januari 2021. (Foto: Barantan/jurnas.com)

JAKARTA - Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo melepas 24 ragam komoditas pertanian atau senilai Rp 568,7 miliar dari Jakarta International Container Terminal (JICT), Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (25/11).

24 ragam komoditas, yang terdiri dari air kelapa, premix, dan pinang biji tersebut diberangkatkan ke 26 negara, antara lain Amerika Serikat (AS), Inggris, Polandia, China, Korea Selatan, Jepang, Eropa Tengah, Thailand dan lainnya.

"Apa yang kita lakukan hari ini adalah memflasback kita 350 tahun yang lalu saat dijajah Belanda karena rempah. Berarti rempah-rempah kita paling hebat," kata Syahrul usai melepas ekspor.

Syahrul mengatakan, masih banyak komoditas pertanian Dalam Negeri yang bisa diolah dan diekspor. "Kalau nggak ada yang bisa diekspor, saya bilang tangkap semut. Semut juga harganya ada kalau diekspor," ujar Syahrul.

Pada bagian lain, Syahrul menekankan pentingnya Badan Karantina Pertanian (Barantan) dalam mengawasi secara ketat lalu lintas ekspor dan impor komoditas pertanian agar tidak ada hama, virus dan mikroba yang masuk ke dalam negeri dan negara tetangga.

"Jangan sampai ada yang bilang Karantina itu cuman jaga-jaga  saja. Berbahaya Kalau tidak ada Karantina. Kalau serangan hama atau mikroba masuk tanpa Karantina teliti dengan baik, besok akan bersoal pada kesehatan manusia," kata Syahrul.

"Jadi, proses-proses di Karantina tidak boleh lambat, tapi mutlak harus dilakukan. Tidak boleh ada yang masuk di negara kita sampai semua jelas. Kalau perlu sebelum barangnya mendarat di dalam negeri, Karantina terbang ke sana dulu," sambungnya.

Menurut Syahrul, negara besar tanpa karantina sangat berbahaya. Perang senjata, kata dia, kemungkinan masih bisa diantisipasi, namun bioterorisme melaui hama, virus dan mikroba sangat sulit untuk diperangi jika sudah terlanjur masuk ke dalam negeri.

"Oleh karena itu, percepat ekspor dan percepat impor tetapi kehati-hatian harus lebih tinggi. Sekali lagi bukan diperlambat cara kerjanya, tapi dipercepat dengan berbagai fasilitas teknologi," kata Syahrul.

FOLLOW US