• News

TPNPB Menolak Disebut Teroris

Akhyar Zein | Kamis, 29/04/2021 22:28 WIB
TPNPB Menolak Disebut Teroris Kepala Staf Umum Komnas TPNPB - OPM Mayjen Terryanus Satto (kiri) dan Juru Bicara TPNPB - OPM Sebby Sambom (kanan). [dokumentasi]

Katakini.com - Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) menolak pernyataan pemerintah yang resmi mengategorikan organisasinya sebagai teroris.

Juru Bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom mengatakan akan mengajukan kasus tersebut ke pengadilan internasional.

Bahkan dia menuding, TNI/Polri yang merupakan teroris di Papua.

"Kami percaya diri bahwa kami membela hak bangsa," jelas Sebby kepada Anadolu Agency melalui pesan singkat.

TPNPB adalah sayap militer dari Organisasi Separatisme Papua Merdeka.

Menurut Sebby Sambom, TPNPB-OPM didirikan pada 26 Maret 1973, setelah Proklamasi Kemerdekaan Papua Barat 1 Juli 1971.

"Secara umum [TPNPB-OPM berdiri] tahun 1965, mulai dari Manokwari, secara khusus 1971," kata Sebby kepada Anadolu Agency pada Kamis melalui pesan singkat.

Layaknya militer di sebuah negara, TPNPB memiliki Panglima tertinggi yakni Jenderal Goliath Tabuni, Wakil Panglima Letjen Gabriel Melkizedek Awom, dan Kepala Staf Umum Mayor Jenderal Terryanus Satto serta Komandan Operasi Nasional TPNPB Mayjen Lekagak Telenggen.

Rentetan aksi kekerasan pernah dilakukan oleh TPNPB, aksi yang paling besar terjadi pada Desember 2018 lalu.

TPNPB melakukan penyerangan terhadap pekerja proyek Trans Papua, 31 pekerja pun tewas akibat penyerangan itu.

31 pekerja proyek Istaka Karya itu sedang membangun jembatan di Kali Yigi-Kali Aurak, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga.

Sementara itu sepanjang 2019, menurut data kepolisian, TPNPB melakukan kekerasan di wilayah Papua sebanyak 29 kali.

Aksi kekerasan itu dilakukan di Puncak Jaya, Jayawijaya, Mimika dan Paniai.

Sementara pada 2020, TPNPB disebut melakukan 46 serangan terhadap warga sipil dan TNI/Polri.

Dari aksi kekerasan itu sembilan orang tewas dan 23 orang luka-luka.

Aksi yang sempat menyita perhatian pada 2020 lalu yakni aksi kekerasan yang berujung tewasnya Pendeta Yeremia di Intan Jaya, Papua.

Tim bentukan Menkopolhukam Mahfud MD yang saat itu melakukan investigasi pun menjadi korban tembak TPNPB saat menginvestigasi kematian pendeta.

Sementara pada 2021, aksi kekerasan masih terus dilakukan oleh TPNPB.

Kasus terakhir yakni tewasnya jenderal bintang satu TNI yang menjabat sebagai Kepala BIN Daerah Papua.(AA)

FOLLOW US