• News

Menunggu Data Lebih Banyak, Oxford Hentikan Studi Vaksin COVID-19 AstraZeneca

Asrul | Rabu, 07/04/2021 08:06 WIB
Menunggu Data Lebih Banyak, Oxford Hentikan Studi Vaksin COVID-19 AstraZeneca Vaksin AstraZeneca (foto: flicker)

London, katakini.com - Universitas Oxford menghentikan uji coba vaksin COVID-19 AstraZeneca pada anak-anak dan remaja di Inggris. Perusahaan tersebut menunggu lebih banyak data tentang masalah pembekuan darah langka pada orang dewasa yang menerima vaksin tersebut

Gangguan uji coba adalah pukulan terbaru terhadap vaksin, yang pernah dipuji sebagai tonggak penting dalam perang melawan pandemi, setelah beberapa negara membatasi penggunaannya sehubungan dengan laporan masalah medis setelah vaksinasi.

Tidak ada masalah keamanan dalam uji coba pediatrik, kata Universitas Oxford, menambahkan bahwa penundaan itu menunggu panduan dari pengawas obat Inggris sebelum memberikan vaksinasi lebih lanjut.

Universitas tersebut mengatakan pada bulan Februari pihaknya berencana untuk mendaftarkan 300 sukarelawan berusia 6-17 tahun, yang berbasis di Inggris Raya, sebagai bagian dari studi ini.

European Medicines Agency (EMA) saat ini sedang meninjau laporan bekuan darah otak yang sangat langka yang dikenal sebagai trombosis sinus vena serebral (CVST) setelah suntikan AstraZeneca, dan diharapkan untuk mengumumkan temuannya pada hari Rabu atau Kamis.

Seorang pejabat senior EMA mengatakan ada hubungan yang jelas antara vaksin dan CVST, meskipun penyebab langsung dari penggumpalan tersebut masih belum diketahui.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang mempelajari dengan cermat data terbaru tentang vaksin AstraZeneca bersama dengan regulator lain, mengatakan pada Selasa pihaknya memperkirakan tidak akan ada alasan untuk mengubah penilaiannya manfaat tembakan lebih besar daripada risikonya.

Perselisihan dengan pemerintah di seluruh Eropa tentang produksi, pasokan, kemungkinan efek samping dan manfaat vaksin telah membebani pembuat obat Anglo-Swedia selama berbulan-bulan.

Anthony Fauci, dokter penyakit menular terkemuka AS, mengatakan kepada Reuters pekan lalu bahwa Amerika Serikat mungkin tidak memerlukan vaksin AstraZeneca, meskipun memenangkan persetujuan peraturan. (Reuters)

FOLLOW US