• News

Indonesia Resmikan Holding Perusahaan Baterai Kendaraan Listrik

Akhyar Zein | Sabtu, 27/03/2021 07:22 WIB
Indonesia Resmikan Holding Perusahaan Baterai Kendaraan Listrik Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir (kiri) dan Wakil Menteri BUMN Pahala Mansury (kanan) saat konferensi pers pendirian Indonesia Battery Corporation (IBC). (Foto: Kementerian BUMN )

Katakini.com – Indonesia meresmikan holding beterai kendaraan bermotor listrik untuk membangun kekuatan di hulu dan hilir industri ini dengan nama Indonesia Battery Corporation (IBC).

Holding terdiri dari empat perusahaan BUMN sektor pertambangan dan energi yakni Mining Industri Indonesia (MIND ID), Aneka Tambang, Pertamina dan PLN dengan komposisi saham masing-masing 25 persen.

Menteri BUMN  Erick Thohir mengatakan pemerintah ingin memaksimalkan potensi sumber daya mineral di Indonesia dengan menciptakan nilai tambah.

“Momentum Covid-19 ini menjadi penting pada pembentukan usaha berbasis nikel. Kita tidak kalah dengan China, Amerika dan Korea, bisa menjadi pemain global,” ujar Menteri Erick saat konferensi pers pembentukan IBC, Jumat.

“Selain itu mengembangkan ekosistem industri kendaraan listrik akan memberikan kontribusi terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan,” tambah dia.

Pembentukan IBC ditandai dengan penandatanganan perjanjian pemegang saham yang dilangsungkan pada 16 Maret lalu.

Menurut dia, Indonesia adalah pemain besar industri ini yang memiliki 24 persen dari total cadangan nikel dunia.

Di sektor hilir, Indonesia memiliki pangsa pasar kendaraan roda dua hingga 8,8 juta unit dan roda empat sebanyak 2 juta pada 2025.

Dengan keunggulan rantai pasokan ini, pemerintah meyakini setidaknya 35 persen komponen EV bisa berasal produk lokal.

IBC kata Menteri Erick akan terbuka dengan pihak ketiga yang menguasai teknologi dan pasar global.

Kerja sama terbuka mulai dari pengolahan nikel, material precursor dan katoda, hingga battery cell, pack, energy storage system (ESS), dan recycling, ujar dia.

Saat ini menurut Menteri Erick, IBC bekerja sama dengan perusahaan asal China Contemporary Amperex Technology (CATL) dan perusahaan Korea Selatan, LG Chem.

“Sudah penjajakan pada beberapa perusahaan global di industri baterai EV, seperti dari China, Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Eropa,” ujar dia.

Menurut dia IBC tetap membuka kerja sama dengan perusahaan lain dengan tiga kriteria, yaitu mendatangkan investasi pada value chain,  teknologi, dan mempunyai pasar regional maupun global.


Investasi Rp245 triliun

Wakil Menteri BUMN Pahala Mansury memperkirakan total investasi yang dibutuhkan IBC bisa mencapai USD17 miliar atau sekitar Rp245,1 triliun.

“Kita bukan hanya membangun satu pabrik, tapi bagaimana Indonesia memang bisa menguasai mulai dari mining hingga smelting,” ujar dia.

Selain itu IBC bisa juga memproduksi energi storage, stabilizer, ataupun  recycling industri ini, ujar Pahala.


FOLLOW US