• News

27 Tahun Pembantaian di Masjid Ibrahimi, Palestina

Akhyar Zein | Sabtu, 27/02/2021 06:18 WIB
27 Tahun Pembantaian di Masjid Ibrahimi, Palestina Masjid Ibrahim di kota Hebron Palestina. Kota ini jaraknya sekitar 30 kilometer dari selatan Al Quds (Yerussalem).

Katakini.com - Pada 25 Februari 1994, saat salat subuh, ratusan warga Palestina diserang oleh penembakan dan bom di Masjid Ibrahimi, di Hebron, Palestina. Serangan mengerikan itu menyebabkan 29 jemaah tewas dan puluhan lainnya terluka.

Menurut saksi mata, serangan itu direncanakan oleh sekelompok orang Yahudi yang didukung secara tidak langsung oleh pasukan Israel di mana tidak berada di lokasi pembantaian itu.

Umat Muslim sangat menghargai Masjid Ibrahimi karena yakin bahwa masjid itu dibangun di atas lokasi makam Nabi Ibrahim.

Orang Yahudi juga memuja tempat itu karena mereka menyebutnya Gua Leluhur karena keyakinan mereka bahwa makam Nabi Ibrahim dan istrinya Sarah terletak di sebuah gua di bawah masjid.

 

- Sebelum pembantaian

Khamis Qafisha, 60, seorang pensiunan guru, mengingat dia terkejut oleh tidak hadirnya tentara Israel di lokasi biasanya selama salat subuh meskipun terjadi bentrokan antara jamaah dan pemukim selama salat isya sebelum pembantaian.

Hal ini mengkonfirmasi keterlibatan Israel dalam pembantaian, ujar dia.

"Saat salat isya, tentara menunda masuknya kami ke masjid selama 15 menit dan mencoba menegosiasikan dengan kami untuk melakukan salat di tempat lain karena pemukim setempat sedang berada di dalam masjid," kata Qafisha.

"Akibat bentrokan, saya berharap tentara mengerahkan pasukannya ke pintu masuk masjid, namun ketika saya pergi salat subuh, perhatian saya tertuju pada tidak hadirnya tentara di tempat mereka," tambah dia.

Qafisha mengingat kembali detail dari pembantaian dengan mengatakan, "saya mendengar suara yang keras saat rakaat pertama. Saya pikir itu adalah gempa bumi. Namun itu adalah serangan bom dan hujan tembakan. Saat saya mengangkat kepala saya dari sajadah, saya melihat Baruch Goldstein membawa senapan dan pistol."

Goldstein, seorang penduduk di wilayah Kiryat Arba di Hebron, adalah seorang dokter militer di tentara Israel dan aktif dalam gerakan teroris Kach, yang didirikan oleh ekstremis Meir Kahane.

Setelah itu, orang-orang menangkap Goldstein dan membunuhnya sebelum dia melarikan diri.


- Peristiwa subuh berdarah

Saksi mata mengatakan, sebagian besar korban adalah mereka yang berada di baris tengah belakang imam, dan di antara mereka adalah anak-anak dan para lansia.

"Saya melihat genangan darah di atas sajadah, tengkorak yang pecah dan bagian tubuh serta mayat yang berserakan, termasuk seorang anak yang hampir berumur 11 tahun, dan orang-orang yang terluka meminta bantuan," kenang Qafisha.

"Saya membantu membawa jenazah dan korban terluka ke mobil dan ambulans hingga pakaian saya dipenuhi darah," ujar dia.

Qafisha juga mengatakan bahwa orang-orang yang menyerang juga membakar karpet masjid, menuangkan bahan kimia di atasnya, membawa anjing ke masjid, menyerang, dan memukuli jamaah.

Di samping kerugian besar yang dialami umat Muslim Palestina akibat pembantaian itu, mereka dikejutkan oleh komite investigasi Israel yang mengeluarkan keputusan keras, di mana membagi area salat di masjid menjadi dua, satu untuk umat Muslim dan yang lainnya untuk para pemukim.

Sementara itu, seluruh ruas jalan, seperti Jalan Al-Shuhada dan ratusan toko tutup di bawah perintah militer dan pembatasan, serta masih tutup hingga saat ini.

Pasukan pendudukan juga menempatkan puluhan titik periksa militer, penghalang beton yang terbuat dari dinding besi dan dijaga oleh tentara di dalam gang-gang Kota Tua Hebron dan di sekitar masjid.


- Kekerasan yang masih berlangsung

Orang yang akan pergi ke masjid dari luar kota masih dipaksa untuk menyeberangi bebereapa titik periksa militer dan elektronik.

Selain itu, azan tidak selalu diizinkan di masjid.

Kapala masjid, Sheikh Hefzy Abu Sneina mengatakan bahwa ruangan untuk dikumandangkannya azan terletak di dalam bagian untuk pemukim dan untuk mengaksesnya membutuhkan kehadiran tentara. Dia mencatat bahwa pada 2020, Israel melarang dikumandangkannya azan selama 599 kali.


- Pembagian kota

Protokol Hebron --di mana Israel dan PLO tandatangani pada 1997-- membagi kota Hebron menjadi dua area: H1, yang merupakan sekitar 80 persen area permukima kota di mana Otoritas Palestina bertanggung jawab atasnya dan H2 di mana Israel mengontrol area itu, termasuk Masjid Ibrahimi dan Kota Tua.

Sekitar 700 pemukim tinggal di lima pos permukiman di Hebron dan sekitar Masjid Ibrahimi, sementara tiga pos permukiman lainnya sedang dibangun, menurut data dari Kelompok Pemuda Melawan Pemukiman Lokal (non-pemerintah).

Setidaknya 400 pemukim secara permanen tinggal di kota tua selain 300 yang belajar di sekolah agama. Sedangkan untuk Palestina, mereka sekitar 7.000.

UNESCO memasukkan Masjid Ibrahimi dan Kota Tua Hebron pada 2017 ke dalam Daftar Warisan Dunia.(Anadolu Agency)

FOLLOW US