• News

Ekonomi Jepang Perlahan Bangkit dari Pandemi

Akhyar Zein | Senin, 15/02/2021 23:34 WIB
Ekonomi Jepang Perlahan Bangkit dari Pandemi Tumpukan peti kemas di pelabuhan Tokyo

Katakini.com- Perekonomian Jepang tumbuh 12,7 persen pada Oktober-Desember dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, menandai pertumbuhan kuartal kedua berturut-turut negara tersebut di tengah pemulihan dari keterpurukan akibat pandemi virus corona.

Data pemerintah Jepang, negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia, seperti di kutip oleh Associated Press menunjukkan adanya pertumbuhan konsumsi, belanja pemerintah dan ekspor pada kuartal terakhir tahun lalu, dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.

 

Prospek perekonomian Jepang diprediksi relatif membaik dengan dimulainya kembali kegiatan perdagangan, dan peluncuran vaksin di negara-negara yang menjadi mitra dagang utama Jepang, seperti AS dan negara-negara Asia lainnya.

Ekonomi Jepang merosot 4,8 persen pada 2020, goncangan pertama dalam 11 tahun terakhir. Data awal menunjukkan ekonomi tumbuh 3 persen pada Oktober-Desember.

Associated Press, Senin (15/2), melaporkan Jepang tidak pernah menerapkan kebijakan karantina wilayah selama COVID-19. Pemerintah hanya berusaha menjaga aktivitas bisnis tetap berjalan sambil mendorong bekerja dari rumah dan menjaga jarak sosial.

Junichi Makino, Kepala Ekonom SMBC Nikko Securities, mengatakan meskipun kuartal pertama tahun ini mungkin mengalami kemunduran, karena keadaan darurat tersebut, jalur pemulihan bertahap diperkirakan akan pulih. Hal tersebut akan didorong oleh normalnya ekonomi luar negeri dan keadaan darurat tersebut kemungkinan besar akan berakhir pada bulan berikutnya.

“Pandemi virus corona yang sudah diatasi, berakhirnya keadaan darurat dan peluncuran vaksin, ekonomi Jepang diperkirakan mulai pulih, kembali normal, mulai kuartal April-Juni,” kata Makino.

Masalah ekonomi Jepang yang lebih besar secara keseluruhan tetap ada, seperti upah yang turun dan menurunnya daya saing internasional, yang telah menyebabkan stagnasi dalam beberapa dekade terakhir. (BBC)

FOLLOW US