London, katakini.com - Sebuah penelitian di Inggris menemukan, penundaan pengobatan kanker hanya dalam waktu sebulan dapat menempatkan pasien pada risiko kematian yang jauh lebih besar.
Dalam jurnal medis BMJ yang dikutip AFP pada Kamis (5/11), penundaan pengobatan baik berupa pembedahan, radioterapi, atau perawatan lain seperti kemoterapi berdampak signifikan pada kematian pasien.
"Tidak pernah ada upaya sistematis untuk melihat semua bukti tentang apa arti penundaan dalam berbagai jenis pengobatan bagi hasil pasien kanker," kata peneliti Ajay Aggarwal, ahli onkologi klinis dan Profesor Asosiasi di London School of Hygiene and Tropical.
"Karena kami tahu ini terjadi pada pasien kanker selama pandemi Covid-19, penting untuk memahami dampak sebenarnya," sambung dia.
Studi tersebut menemukan bahkan penundaan satu bulan bisa berarti pasien memiliki risiko kematian enam hingga 13 persen lebih tinggi. Semakin lama menunggu pengobatan, maka semakin tinggi risikonya.
"Untuk sebagian besar kanker dan pengobatan utama tidak ada penundaan pengobatan yang aman," terang Aggarwal.
Para peneliti memperkirakan bahwa penundaan operasi selama 12 minggu untuk semua pasien dengan kanker payudara, menyebabkan 1.400 kematian berlebih di Inggris, 6.100. di Amerika Serikat, 700 di Kanada, dan 500 di Australia.
Sebagaimana diketahui, akibat Covid-19, banyak rumah sakit menunda prosedur non-darurat untuk menghindari risiko pasien.
Di Inggris, para peneliti mengatakan sejumlah kondisi yang dianggap aman ditunda selama 10 hingga 12 minggu, termasuk semua operasi kolorektal.
"Studi kami menunjukkan bahwa ini tidak terjadi dan sebenarnya dapat meningkatkan risiko kematian dini sekitar 20 persen. Durasi serupa dari penundaan kemoterapi kanker usus dapat meningkatkan risiko kematian hingga 44 persen," kata Aggarwal.