• News

Mengenang Sapardi: Aku Ingin Mencintaimu Dengan Sederhana

Pamudji Slamet | Minggu, 19/07/2020 13:31 WIB
 Mengenang Sapardi: Aku Ingin Mencintaimu Dengan Sederhana Sapardi Djoko Damono

Katakini.com - Dunia sastra Indonesia kehilangan sastrawan besarnya, Sapardi Djoko Damono. Sepotong pertanyaan pun muncul sepeninggal sang pujangga: adakah orang lain yang mampu menggantikannya?

Jawaban pertanyaan itu pendek: tidak ada. Di negeri ini hanya ada satu orang Sapardi. Tak akan ada yang bisa menggantikannya. Sastrawan lain boleh besar dan terkenal, namun tak akan sama persis dengan Sapardi.

Hari ini, Minggu (19/7/2020), laki-laki yang mengabdikan hidupnya untuk kesusastraan Indonesia itu telah pergi menghadap Sang Khalik. Kini, hanya nama dan karya besarnya yang tertinggal.

Puisi `Aku Ingin` adalah satu dari sederet puisi dahsyat yang pernah lahir dari tangan Sapardi. Ini lah puisi yang membangkitkan imajinasi tentang kedalaman cinta dan kerinduan. Berikut petikannya:  

"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada"

Selain `Aku Ingin` masih banyak dereta puisi Sapardi, yang menggoda pecinta sastra untuk membacanya. Beberapa diantaranya
Hujan Bulan Juni (1994), Arloji (1998), Namaku Sita (2012), dan Melipat Jarak (2015). Dari tanganya yang teramat mahir mengolah kata itu, juga lahir beberapa novel best seller. Diantaranya Hujan Bulan Juni (2015,novel), Melipat Jarak (2015), Suti (2015), Pingkan Melipat Jarak (2017), dan Yang Fana Adalah Waktu (2018).

Di luar puisi dan novel, kata-kata Sapardi juga membuncah dalam karya-karya lain. Bahkan, Sang Guru Besar Sastra itu juga menulis sejumlah kolom/artikel di surat kabar, termasuk kolom sepak bola. Tak hanya itu, Sapardi juga menerjemahkan berbagai karya penulis asing, diantaranya `Lelaki Tua dan Laut` (1973, terjemahan karya Ernest Hemingway).

Begitu lah Sapardi Djoko Damono, hidup dan menghidupi kata-kata. Kini, Sapardi telah pergi, meninggalkan kata-kata yang menyelinap kuat di hati dan perasaan banyak orang. Kata-kata hangat dan meneduhkan. Terima kasih wahai sastrawan besar. Selamat jalan, selamat menuju keabadian.

FOLLOW US