• Bisnis

Indonesia Masuk Tiga Besar Upaya CryptoJacking UKM

Ananda Nurrahman | Kamis, 04/06/2020 05:41 WIB
Indonesia Masuk Tiga Besar Upaya CryptoJacking UKM Ilustrasi Kaspersky

Katakini.com - Beberapa penelitian terbaru dari Kaspersky telah mengungkapkan bahwa perusahaan telah mewaspadai upaya serangan siber berupa pelanggaran data dan ransomware.

Namun, statistik baru dari perusahaan keamanan siber global ini menunjukkan bahwa ancaman terbesar dalam usaha kecil dan menengah (UKM) di Asia Tenggara bukanlah keduanya, melainkan para penambang kripto (miners).

Hanya dalam tiga bulan pertama tahun 2020, solusi Kaspersky telah menggagalkan lebih dari satu juta upaya penambangan terhadap perangkat bisnis di Asia Tenggara dengan jumlah karyawan sebanyak 20-250 orang.

Ini 12% lebih tinggi dibandingkan dengan 949.592 insiden penambangan yang diblokir pada periode yang sama tahun lalu.

Jumlah total upaya penambangan yang terdeteksi pada kuartal pertama tahun ini juga secara signifikan lebih banyak dari 834.993 upaya phishing dan 269.204 deteksi ransomware terhadap UKM di wilayah tersebut.

“Kami tidak menyangkal fakta bahwa bahaya penambangan merusak lebih ringan dibandingkan dengan ransomware, pelanggaran data, dan sejenisnya, tetapi itu tetap merupakan risiko yang harus dipertimbangkan oleh sektor UKM secara serius," komentar Yeo Siang Tiong, General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky.

Menurutnya, para pelaku kejahatan siber di balik serangan ini menggunakan sumber daya Anda sendiri, listrik Anda, bandwidth data Anda, ke hardware perangkat Anda yang tentu sama sekali tidak murah.

“Penelitian kami sebelumnya bahkan menemukan bahwa selama dua hari berturut-turut penambangan kripto menggunakan malware penambangan seluler dapat membuat baterai perangkat yang terinfeksi membengkak hingga mengubah bentuk ponsel secara fisik," ujar Yeo.

Penambangan kripto berbahaya, juga dikenal sebagai cryptojacking, yaitu serangan yang dapat menimbulkan kerugian baik langsung maupun tidak langsung bagi bisnis.

Penambang kripto yang menginfeksi komputer pengguna pada dasarnya beroperasi sesuai dengan model bisnis yang sama dengan program ransomware: kekuatan komputasi target dimanfaatkan untuk memperkaya para pelaku kejahatan siber.

Selain bertambahnya substansial dalam konsumsi listrik dan penggunaan CPU, penambangan meningkatkan keausan pada perangkat keras dengan pemrosesan inti (processing core).

Termasuk yang berada di dalam kartu grafis diskrit, yang bekerja keras untuk menambang kripto yang sudah rusak. Bandwidth yang terbuang juga mengurangi kecepatan dan efisiensi beban kerja komputasi yang sah.

Selain itu, malware cryptojacking dapat membanjiri sistem, menyebabkan masalah kinerja yang cukup merusak, dan memiliki efek langsung pada jaringan bisnis hingga pada akhirnya berpengaruh pada pelanggan mereka.

FOLLOW US