4 Kasus PDP Corona di NTT, Gubernur Minta Tidak Takut Berlebih

Ananda Nurrahman | Kamis, 28/05/2020 12:15 WIB
4 Kasus PDP Corona di NTT, Gubernur Minta Tidak Takut Berlebih Gubernur NTT Viktor Laiskodat (kanan) dan Wakil Gubernur NTT Josef Nae Soi (kiri). Foto: dok Humas

Katakini.com – Kasus wabah Covid-19 di Nusa Tenggara Timur (NTT), selama dua hari sebelumnya tidak ada penambahan. Namun per hari ini, (28/5), terjadi penambahan 4 kasus.

Sesuai data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 NTT, Kamis (28/5) pukul 6.30 Wita, terjadi penambahan 4 pasien dalam pengawasan (PDP) dan 6 orang dalam pemantauan (ODP) dalam kurun waktu 26 -28 Mei pagi.

Pada 26 Mei 2020, ODP di NTT tercatat 1.760 orang. Jumlah itu bertambah menjadi 1.766 orang pada 28 Mei pagi. Kemudian jumlah PDP pada 26 Mei sebanyak 86 orang, bertambah menjadi 90 orang pada 28 Mei pagi.

Adapun PDP yang masih dirawat di rumah sakit sebanyak 15 orang, sedangkan ODP dan orang tanpa gejala (OTG) yang masih dipantau masing-masing 48 orang dan 689 orang.

Jumlah kasus positif korona 85 orang terdiri dari 75 orang masih dirawat, 9 orang sembuh dan satu orang meninggal.

Sementara itu, Gubernur NTT,  Viktor Laiskodat sebelumnya mengatakan, tidak ingin pandemi korona (covid-19) dijadikan alasan pemerintah daerah untuk tidak bekerja melayani masyarakat.

“Sebagai gubernur, saya tidak mau kasus covid-19 ii menjadi alasan untuk tidak bekerja,” kata Laiskodat dalam pertemuan virtual bersama bupati dan wali kota Kupang di ruang rapat gubernur.

Namun, kata Gubernur,  bukan berarti tidak menghiraukan virus ini. "Kalau kita (pemerintah) tetap berada dalam ketakutan, masyarakat juga yang akan merasakan dampaknya,” ujarnya.

Untuk itu, Laiskodat minta semua bupati dan wali kota tidak takut berlebihan terhadap korona. Sebaliknya, mulai bekerja melayani masyarakat. “Tanamkan semangat untuk berjuang mensejahterakan masyarakat,” ujarnya.

Karena itu, menurut Laiskodat, salah satu cara ia pilih ialah ‘berhadapan’ dengan virus korona. “Walaupun nyawa taruhannya, daripada berdiam diri dan bersembunyi dan kemudian masyarakat mati karena kelaparan,” katanya.

Sumber: LintasNTT.com

FOLLOW US