• Bisnis

Startup Airy Dikabarkan "Tewas" akibat Covid-19

Syafira | Jum'at, 08/05/2020 07:34 WIB
Startup Airy Dikabarkan "Tewas" akibat Covid-19 Ilustrasi promosi kamar startup Airy Room

Katakini.com - Startup Layanan akomodasi dan wisata Airy, akan menghentikan operasionalnya secara permanen pada 31 Mei 2020, akibat imbas wabah Covid-19 yang mengancam sektor pariwisata.

Dalam email kepada mitra propertinya, dikutip dari Tech in Asia, Airy akan mengakhiri perjanjian dengan mitranya dan mengikuti keputusan perusahaan untuk menghentikan kegiatan operasionalnya secara permanen.

Dilansir kembali antara, dalam email  itu Airy menyatakan, telah melakukan upaya terbaik untuk mengatasi dampak dari bencana (Covid) ini.

"Namun, mengingat penurunan teknis yang signifikan dan pengurangan sumber daya manusia yang kami miliki saat ini, kami telah memutuskan untuk menghentikan (kegiatan) bisnis kami secara permanen," kata perusahaan itu dalam email.

Dan karena alasan itulah, dalam emailnya tersebut menyatakan, "Setelah 31 Mei 2020, kami tidak dapat menyediakan layanan (lagi) untuk semua mitra kami,” tambah Airy.

Kantor berita Antara telah menghubungi Airy untuk mengkonfirmasi kabar tersebut, namun juru bicara perusahaan tidak dapat memberikan informasi lebih lanjut tentang hal ini.

Sementara itu, dalam wawancara dengan Tech in Asia pada bulan Maret, CEO Airy Louis Alfonso Kodoatie mengatakan bahwa perusahaan melakukan perubahan strategi untuk mengurangi dampak pandemi yang telah mempengaruhi tingkat hunian Airy.

"Kami optimis pandemi akan segera teratasi dan industri perjalanan dapat pulih. Dengan teknologi dan kualitas layanan yang tepat, kami yakin bahwa Airy dapat bangkit kembali lebih cepat dan memulihkan bisnis kami seperti sebelumnya," kata Kodoatie saat itu.

Namun, bulan lalu, dilaporkan bahwa startup tersebut memberhentikan sekitar 70 persen dari stafnya.

Didirikan pada 2015, Airy memiliki jaringan 2.000 properti dengan lebih dari 30.000 kamar. Startup ini juga merupakan mitra strategis unicorn layanan penyedia akomodasi Traveloka.

Industri perjalanan dan perhotelan telah berjuang untuk bertahan sejak pandemi COVID-19 mendorong pemerintah untuk mengeluarkan larangan berpergian di seluruh dunia guna memutus rantai penyebaran virus corona.

OYO yang didukung SoftBank dilaporkan mengalami penurunan 50 hingga 60 persen dalam pendapatan, memaksa perusahaan untuk menerapkan pemotongan gaji dan cuti karyawannya.

Startup hotel budget yang berbasis di Singapura, RedDoorz juga menawarkan cuti sementara kepada para stafnya dan memberhentikan kurang dari 10 persen dari total tenaga kerjanya.

Sumber: Antara News

FOLLOW US