• Bisnis

Ngeri, Potensi Kerugian Akibat Virus Corona Rp38,2 Triliun

Rizki Ramadhani | Rabu, 12/02/2020 20:48 WIB
Ngeri, Potensi Kerugian Akibat  Virus Corona Rp38,2 Triliun Menteri Pariwisata Wishnutama Kusubandio

Jakarta, Katakini.com - Sektor pariwisata Indonesia berpotensi mengalami kerugian sebesar 2,8 milliar dolar AS Rp38,2 triliun pascamerebaknya virus corona dari China. Angka pasti kerugian bisa dihitung setelah dampak virus corona selesai.

“Karena ini kan masih bergerak, kita bisa tahu ruginya berapa kalau corona udah berhenti kalau kita ‘average’ (rata-rata) setahun dari China saja dengan dua juta jumlah wisatawan kan sudah 2,8 miliar dolar AS kerugian misalnya,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio usai rapat koordinasi dengan Menhub dan operator penerbangan di Kemenpar, Jakarta, Rabu (12/02/2020).

Angka tersebut, lanjut dia, dihitung dari kunjungan jumlah wisatawan China ke Indonesia selama satu tahun, dimana rata-rata mencapai dua juta wisatawan.

“Jadi, memang ini mengukurnya tidak sesederhana kalau sudah semua selesai. Tapi yang kita tahu China wisatawannya dua juta. Artinya kalau terjemahkan ke devisa 2,8 miliar dolar AS, tinggal hitung saja nanti berapa lama masa virus berkembang,” katanya.

Potensi kerugian tersebut, kata Wishnutama, terjadi karena pada masa Februari hingga Maret biasanya para wisatawan tengah memesan pesawat ataupun hotel (booking period) persiapan liburan musim panas.

“Kalau Februari sampai Maret ini kan ‘booking period’. Sekarang  wisatawan sedang pesan transportasi dan hotel untuk liburan musim panas. Ini juga akan punya dampak, kalau misalnya virus corona ini April selesai, itu imbasnya ke liburan musim panas," katanya.

Dia menambahkan, angka pasti kerugian bisa dihitung setelah dampak dari virus corona selesai. Hanya saja, setelah itu juga masih terdampak efek sampingnya.

“Belum lagi dampak lainnya atau dampak setelah virus ini selesai dan juga ada tren menurun juga keinginan orang untuk berwisata,” katanya.

Bendara-bandara yang menjadi hub internasional, seperti Singapura dan Hong Kong juga menjadi sepi.

“Hub-hub Singapura dan Hong Kong meskipun tidak dari China ada kecenderungan sepi sekarang. Itu juga punya dampak,” katanya.

FOLLOW US