• Gaya Hidup

Mengenal Sakit Ayan, Kondisi Medis yang Kerap Dikaitkan dengan Mistis

M. Habib Saifullah | Minggu, 28/12/2025 18:05 WIB
Mengenal Sakit Ayan, Kondisi Medis yang Kerap Dikaitkan dengan Mistis Ilustrasi penyakit epilepsi kambuh. (FOTO: SHUTTERSTOCK)

JAKARTA - Di banyak daerah, istilah sakit ayan masih menimbulkan rasa takut dan berbagai anggapan yang keliru. Ketika seseorang tiba-tiba kejang, jatuh, atau kehilangan kesadaran, panik sering menjadi reaksi pertama.

Ada pula yang masih menghubungkannya dengan hal-hal gaib. Padahal, ayan yang dalam dunia medis disebut epilepsi adalah kondisi kesehatan yang memiliki penjelasan ilmiah dan bisa dikendalikan dengan pengobatan yang tepat.

Epilepsi terjadi karena aktivitas listrik di otak menjadi tidak stabil. Saat sinyal listrik tersebut berlebihan atau tidak terkoordinasi, tubuh bisa merespons dengan kejang, kaku, pingsan sesaat, atau kebingungan setelahnya.

Kondisi ini tidak memilih usia; bisa terjadi pada anak-anak, orang dewasa, hingga lansia. Yang penting diketahui, epilepsi bukan penyakit menular dan bukan pula akibat kurang iman atau kutukan, melainkan gangguan pada sistem saraf.

Gejala epilepsi tidak selalu terlihat dramatis seperti di film. Ada yang hanya menatap kosong beberapa detik, ada yang tiba-tiba terjatuh, ada pula yang bangun dalam keadaan bingung tanpa mengingat apa yang terjadi.

Setelah kejang mereda, tubuh biasanya lelah dan membutuhkan istirahat. Pada fase ini, dukungan orang sekitar sangat berarti, karena sikap tenang membantu penderita merasa lebih aman.

Penyebab epilepsi bisa beragam. Pada sebagian orang, penyebab pastinya tidak ditemukan. Namun riwayat cedera kepala, infeksi pada otak, kelainan bawaan, stroke pada usia lanjut, faktor genetik tertentu, atau gangguan saat proses kelahiran dapat menjadi pemicu.

Apa pun latar belakangnya, epilepsi selalu berada dalam ranah medis sehingga penanganannya pun perlu melibatkan tenaga kesehatan.

Ketika serangan terjadi, peran orang di sekitar sangat penting. Menjaga ketenangan, memastikan penderita berada pada posisi yang aman, serta menjauhkan benda-benda berbahaya di sekitarnya dapat mencegah cedera.

Membiarkan tubuh berbaring miring membantu mencegah tersedak. Hal yang sering disalahpahami adalah memasukkan benda ke mulut atau menahan tubuh dengan paksa tindakan ini justru berisiko melukai.