• Gaya Hidup

Menilik Sejarah Sosok Ikonik Hari Natal, Sinterklas

M. Habib Saifullah | Kamis, 25/12/2025 15:05 WIB
Menilik Sejarah Sosok Ikonik Hari Natal, Sinterklas Ilustrasi Sinterklas (Foto: Unsplash/Tim Mossholder)

JAKARTA - Setiap Desember, sosok pria berjanggut putih dengan jubah merah dan tawa khas “ho-ho-ho” seolah hadir di mana-mana. Di pusat perbelanjaan, iklan, film, hingga kartu ucapan, semuanya menghadirkan figur Sinterklas sebagai pembawa hadiah dan keceriaan.

Namun di balik gambaran ceria itu, ada perjalanan sejarah panjang yang membentuknya, dari sosok nyata yang hidup berabad-abad lalu hingga menjadi tokoh budaya populer yang kita kenal sekarang.

Dihimpun dari berbagai sumber, akar kisah Sinterklas bermula pada abad ke-4, dari seorang uskup bernama Santo Nikolas yang hidup di wilayah Lycia, kini bagian dari Turki.

Ia dikenal karena kedermawanan dan kepeduliannya pada orang miskin, terutama anak-anak dan keluarga yang kesulitan.

Salah satu kisah paling terkenal menceritakan bagaimana ia diam-diam menolong tiga gadis miskin dengan melemparkan kantong emas ke dalam rumah mereka, konon melalui jendela atau cerobong, tergantung versinya. Dari situlah, citra `pemberi hadiah secara diam-diam` mulai melekat.

Seiring penyebaran Kekristenan ke Eropa, cerita Santo Nikolas pun ikut menyebar. Di Belanda, namanya berubah menjadi Sinterklaas, sosok berjubah merah yang datang setiap awal Desember membawa hadiah bagi anak-anak yang berperilaku baik.

Para imigran Belanda kemudian membawa tradisi ini ke Amerika pada abad ke-17. Di tanah baru, nama Sinterklaas berangsur-angsur bertransformasi menjadi Santa Claus.

Transformasi besar terjadi pada abad ke-19. Melalui puisi terkenal A Visit from St. Nicholas (yang juga dikenal sebagai The Night Before Christmas), Santa digambarkan sebagai pria ceria yang datang dengan kereta luncur ditarik rusa, masuk melalui cerobong, lalu meninggalkan hadiah di kaus kaki anak-anak.

Gambaran ini makin mengkristal ketika ilustrator Haddon Sundblom pada 1930-an memperkenalkan Santa berjubah merah, bertubuh besar, dan ramah-citra yang kemudian diadaptasi luas dalam budaya populer dan iklan.

Meski mengalami banyak perubahan, inti kisahnya masih sama yaitu kedermawanan, kepedulian, dan semangat berbagi. Di berbagai negara, wujudnya berbeda-beda, ada yang tetap setia pada tradisi Santo Nikolas, ada yang menyesuaikan dengan budaya lokal.