Ilustrasi - transpalansi Ginjal (Foto: natali_mis, stock.adobe.com)
JAKARTA - Penyakit ginjal dikenal sebagai salah satu kondisi medis yang sering terlambat terdeteksi. Banyak pasien baru menyadari gangguan ginjal saat kondisinya sudah memasuki tahap lanjut, bahkan sebagian sudah membutuhkan cuci darah.
Fenomena ini terjadi karena penyakit ginjal berkembang secara perlahan dan menunjukkan gejala samar yang kerap dianggap biasa.
Ginjal merupakan organ vital yang berperan menyaring racun, mengatur keseimbangan cairan, hingga mengontrol tekanan darah.
Ketika fungsi ginjal menurun, tubuh sebenarnya memberikan sinyal, seperti mudah lelah, bengkak di kaki, sering buang air kecil pada malam hari, hingga nafsu makan menurun.
Namun gejala tersebut sering dikaitkan dengan kelelahan, stres, atau pola makan buruk sehingga tidak dianggap serius.
Selain itu, beberapa faktor risiko seperti diabetes, hipertensi, dan obesitas kerap disepelekan. Banyak penderita tidak sadar bahwa penyakit kronis yang mereka miliki dapat merusak ginjal sedikit demi sedikit tanpa rasa sakit.
Ketika kerusakan sudah mencapai tahap berat, barulah muncul gejala mencolok seperti mual berat, kulit gatal, napas pendek, hingga perubahan warna urin.
Minimnya kebiasaan melakukan pemeriksaan kesehatan berkala juga turut memperburuk situasi. Tes darah dan urin sederhana sebenarnya mampu mendeteksi penurunan fungsi ginjal sejak dini. Namun, sebagian masyarakat baru menjalani pemeriksaan saat muncul keluhan berat.
Ahli kesehatan menekankan pentingnya deteksi dini, terutama bagi kelompok berisiko tinggi. Menjaga tekanan darah, gula darah, pola makan rendah garam, serta rutin minum air putih menjadi cara sederhana mencegah kerusakan ginjal.
Pemeriksaan rutin menjadi kunci agar penyakit ginjal dapat dikenali lebih cepat sebelum berkembang menjadi kondisi yang mengancam keselamatan.