• Oase

Benarkah Rasulullah SAW Pernah Disihir?

Vaza Diva | Selasa, 02/12/2025 17:45 WIB
Benarkah Rasulullah SAW Pernah Disihir? Ilustrasi - Nabi Muhammad SAW (Foto: ISTOCK PHOTO)

JAKARTA - Riwayat mengenai Rasulullah SAW yang pernah mengalami sihir menjadi salah satu catatan penting dalam sejarah Islam.

Peristiwa ini kerap kembali dibahas karena relevansinya dengan fenomena masa kini yang dikenal masyarakat sebagai santet. Kendati konteksnya berbeda, keduanya sama-sama berkaitan dengan upaya seseorang untuk mencelakakan orang lain melalui cara-cara gaib.

Peristiwa yang menimpa Rasulullah SAW menjadi bukti bahwa sihir adalah sesuatu yang nyata, namun tetap berada dalam kendali dan kehendak Allah SWT.

Dalam sejumlah riwayat sahih, termasuk yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim, diceritakan bahwa Rasulullah SAW pernah disihir oleh seorang lelaki Yahudi bernama Labid bin Al-A’sham.

Sihir tersebut membuat beliau merasakan kebingungan dalam beberapa hal, seperti seolah melakukan sesuatu padahal tidak melakukannya. Meski demikian, sihir itu tidak mempengaruhi wahyu maupun tugas kerasulan beliau.

Riwayat menyebutkan bahwa sihir tersebut dilakukan menggunakan helai rambut Rasulullah SAW yang kemudian diikat pada sisir dan disimpan di dalam sumur bernama Dzharwan.

Peristiwa ini terjadi di Madinah dan berlangsung selama beberapa waktu hingga akhirnya Allah SWT menurunkan pertolongan-Nya.

Pertolongan tersebut datang melalui malaikat Jibril, yang memberi tahu bahwa Rasulullah SAW sedang terkena sihir dan menunjukkan letak barang sihir itu berada.

Setelah barang tersebut ditemukan dan dihancurkan, kondisi Rasulullah SAW kembali pulih. Pada momen inilah turun dua surah penting yang kini dikenal sebagai bagian dari rangkaian al-Mu’awwidzatayn, yaitu Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas.

Dua surah tersebut menjadi bacaan pokok bagi umat Muslim ketika ingin memohon perlindungan dari sihir, kejahatan manusia, gangguan jin, hingga rasa iri dan dengki.

Kandungan ayatnya secara langsung menyebut “an-naffâtsāt fil ‘uqad”, para penyihir yang meniup pada simpul-simpul yang dalam istilah masyarakat modern sering dikaitkan dengan praktik santet.

Meski peristiwa ini menunjukkan bahwa sihir itu ada, ulama menegaskan bahwa pengaruhnya tidak dapat mengalahkan kehendak Allah.

Rasulullah SAW mengalami sihir sebagai bagian dari ujian sekaligus teladan bagi umatnya agar tidak berlebihan dalam merasa takut terhadap sihir. Sebaliknya, umat diminta memperkuat zikir, doa, dan tauhid sebagai benteng utama.

Para pakar fikih menjelaskan bahwa peristiwa tersebut membantah anggapan bahwa Nabi tidak mungkin terkena gangguan fisik. Sihir tersebut tidak menyentuh aspek kenabian, tidak mempengaruhi wahyu, dan tidak mengganggu integritas ajaran Islam.

Justru melalui peristiwa itu, umat menjadi tahu bagaimana cara yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya untuk menghadapi ancaman gaib.

Hingga saat ini, fenomena yang mirip dengan sihir sering disebut santet atau guna-guna dalam masyarakat Nusantara. Meski praktik dan bentuknya dapat berbeda, Islam mengajarkan bahwa bergantung kepada Allah SWT, memperbanyak zikir pagi–petang, serta membaca Al-Falaq dan An-Nas menjadi ikhtiar utama untuk menjaga diri.

Kisah Rasulullah SAW ini mengingatkan umat bahwa segala bentuk kejahatan, baik kasat mata maupun gaib, hanya dapat dihindari melalui perlindungan Allah SWT.

Peristiwa tersebut juga menguatkan bahwa ketenangan dan keselamatan tidak ditentukan oleh rasa takut terhadap sihir, tetapi oleh kekuatan iman dan kedekatan kepada-Nya.