Anggota Komisi IV DPR RI Firman Soebagyo. Foto: dpr.go.id
JAKARTA - Anggota Komisi IV DPR RI Firman Soebagyo menegaskan, krisis pasokan merupakan ancaman langsung terhadap ketahanan pangan nasional, sehingga diperlukan transparansi penuh dari Pupuk Indonesia mengenai peta pasokan, kebutuhan, dan strategi jangka panjangnya.
Hal itu disampaikan Firman , yang secara khusus membahas tantangan industri pupuk di tengah semakin terbatasnya bahan baku gas alam.
Menurut Firman, gas alam adalah urat nadi produksi pupuk, dan tanpa kepastian suplai, resikonya dapat menyentuh seluruh lini produksi hingga petani di lapangan.
“Saya ingin penjelasan yang lebih jelas, lebih detail, dan lebih jujur tentang bagaimana Pupuk Indonesia menjamin ketersediaan gas sebagai bahan baku utama. Industri pupuk ini hidup atau mati bergantung pada gas. Kalau pasokan tidak stabil, maka produksi akan goyah, dan dampaknya langsung dirasakan petani,” tegas Firman melalui keterangannya di Jakarta, Selasa (25/11/2025).
Politisi senior Partai Golkar ini juga menyoroti aspek harga, yang menurutnya belum pernah dijelaskan secara tuntas apakah sudah kompetitif atau justru membebani industri.
Firman yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia ini turut menekankan agar harga gas mampu menopang daya saing industri pupuk nasional.
“Harga gas ini menentukan masa depan industri pupuk nasional. Karena itu saya ingin melihat mekanisme yang transparan. Jangan sampai harga gas kita justru membuat pupuk nasional kalah bersaing di rumah sendiri,” tegasnya.
Dalam kesempatan tersebut Firman juga meminta direksi Pupuk Indonesia untuk menjelaskan secara rinci apakah perusahaan memiliki rencana membuka sumber-sumber gas baru, memperkuat kontrak jangka panjang, atau mengupayakan efisiensi teknologi di lini produksi.
Menurutnya, industri pupuk tidak boleh terus bergantung pada pola pasokan lama yang rawan terganggu.
Ia menyinggung arah kebijakan energi nasional yang bergerak ke energi terbarukan.
Menurut Firman, pergeseran ini akan berdampak langsung pada industri pupuk jika tidak diantisipasi dengan baik.
“Transisi energi tidak bisa dihindari. Yang perlu dijelaskan adalah bagaimana industri pupuk beradaptasi. Jangan sampai industri kita terseret arus perubahan tanpa rencana mitigasi,” terang Wakil Ketua Fraksi Partai Golkar MPR RI, Firman Soebagyo.
Firman menilai Indonesia memiliki keunggulan natural untuk mengembangkan pupuk organik berskala besar, mulai dari limbah pertanian, kotoran hewan, hingga potensi mikroorganisme hayati.
Namun ia menekankan perlunya teknologi modern agar kualitas pupuk organik bisa memenuhi standar industri.