Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya).
JAKARTA - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) baru-baru ini diterpa kabar yang kurang mengenakkan. Muncul kabar bahwa risalah Rapat Harian Syuriah PBNU, memuat keputusan Rais Aam dan Wakil Rais Aam PBNU, meminta Gus Yahya mengundurkan diri dari jabatan Ketua Umum PBNU.
Risalah itu ditandatangani oleh pimpinan rapat sekaligus Rais Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar.
Dalam dokumen tersebut tertulis keputusan bahwa Gus Yahya diminta mundur dalam waktu tiga hari sejak keputusan diterima. Jika tidak, Rapat Harian Syuriyah PBNU menyatakan akan memberhentikannya dari jabatan Ketum PBNU.
Keputusan tersebut disebut didasarkan pada tiga alasan, salah satunya terkait kegiatan Akademi Kepemimpinan Nasional Nahdlatul Ulama (AKN NU) yang mengundang narasumber yang dinilai memiliki keterkaitan dengan jaringan Zionisme Internasional. Aktivitas itu dinilai bertentangan dengan nilai dan ajaran PBNU serta dianggap mencemarkan nama baik organisasi.
Merespons hal tersebut, PBNU menggelar rapat yang menyepakati agar Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya tidak mundur dari jabatannya sebagai Ketua Umum PBNU.
"Sepakat kepengurusan PBNU harus selesai sampai satu periode yang Muktamar-nya kurang lebih satu tahun lagi. Semuanya, tidak ada pemakzulan, tidak ada pengunduran diri, semua sepakat begitu. Semua gembleng 100 persen ini," kata Katib Aam PBNU Ahmad Said Asrori dalam jumpa pers di Gedung PBNU, Jakarta Pusat
Profil Gus Yahya
Yahya Cholil Staquf, yang kerap disapa “Gus Yahya”, lahir di Desa Leteh, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, pada tanggal 16 Februari 1966. Ia merupakan putra dari K.H. Muhammad Cholil Bisri, seorang tokoh besar di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU). Gus Yahya meniti karier sebagai kiai, pengurus organisasi Islam, hingga masuk ke ranah politik dan pemerintahan.
Gus Yahya mengawali pendidikannya di lingkungan pesantren, termasuk di Madrasah Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta. Setelah menamatkan sekolah menengah, ia kemudian tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Sosiologi di Universitas Gadjah Mada (UGM), namun tidak menyelesaikan studinya hingga memperoleh gelar sarjana.
Selama masa kuliah, ia aktif dalam organisasi mahasiswa dan lingkungan kaderisasi NU, yang kemudian mengantarkan Gus Yahya ke posisi-posisi strategis di organisasi keagamaan.
Kiprah Organisasi & Kepemimpinan NU
Pada kongres ke-34 NU yang digelar di Lampung pada 24 Desember 2021, Gus Yahya terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), menggantikan Said Aqil Siradj.
Sebelumnya, ia pernah menjabat sebagai Katib Aam (Sekretaris Umum) PBNU sejak 22 Agustus 2015 hingga akhir 2021.
Kiprah di Ranah Politik dan Pemerintahan
Karir Gus Yahya juga merambah ke ranah politik. Ia pernah bergabung dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pada awal 2000-an sebelum kemudian berstatus sebagai non-partisan independen.
Pada 31 Mei 2018, Presiden ke-7 Joko Widodo mengangkat Gus Yahya sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres).
Sebagai tokoh yang memiliki basis keagamaan dan jaringan organisasi, Gus Yahya sering disebut sebagai salah satu nara-hubung antara NU dan pemerintahan pusat.
Kiprah politiknya tak lepas dari peran sebagai juru bicara Presiden saat era pemerintahan dulu, serta keterlibatan dalam berbagai forum antar-agama dan internasional.