Arsip - Planet Mars terlihat dalam tampilan Teleskop Luar Angkasa Hubble NASA yang diambil pada tanggal 12 Mei 2016 (Foto: NASA)
JAKARTA - Sejak dulu, Mars selalu menjadi daya tarik bagi ilmuwan dan pecinta fiksi ilmiah. Warna merahnya yang khas membuat banyak orang bermimpi bahwa suatu hari nanti planet ini bisa menjadi tempat tinggal kedua bagi manusia. Namun, benarkah Mars bisa dihuni?
Sekilas, Mars memiliki beberapa kemiripan dengan Bumi — ukurannya setengah dari planet kita dan waktu siangnya hampir sama panjangnya. Tetapi di balik kesamaan itu, ada perbedaan besar yang membuat manusia sulit bertahan hidup tanpa teknologi canggih.
Atmosfer Mars sangat tipis, hanya sekitar 1 persen dari atmosfer Bumi, sehingga manusia tidak bisa bernapas tanpa bantuan alat. Lebih parahnya lagi, radiasi dari Matahari dan luar angkasa dapat langsung menembus permukaannya karena planet ini tidak memiliki pelindung magnetosfer seperti Bumi.
Suhu di Mars juga ekstrem yang rata-rata sekitar -63°C. Saat malam bisa turun hingga -100°C, sementara siang hari di wilayah khatulistiwa hanya mencapai sekitar 20°C. Dengan tekanan udara rendah, air di permukaan Mars langsung membeku atau menguap.
Peneliti NASA telah menemukan es dan mineral yang terbentuk dari air cair, menandakan bahwa jutaan tahun lalu, Mars mungkin lebih hangat dan lembap. Namun, kondisi itu hilang ketika planet ini kehilangan medan magnetnya, membuat atmosfernya perlahan lenyap.
Lembaga seperti NASA dan SpaceX tengah berupaya merancang cara agar manusia bisa hidup di Mars, mulai dari membangun habitat bertekanan tinggi, menghasilkan oksigen dari karbon dioksida, hingga mencari sumber air bawah tanah. Meski begitu, perjalanan menuju kolonisasi masih panjang.
Untuk saat ini, Mars lebih tepat disebut sebagai laboratorium alam semesta daripada rumah baru manusia. Planet ini menyimpan banyak petunjuk tentang masa lalu Bumi dan kemungkinan keberadaan kehidupan di lingkungan ekstrem.
Meski film-film menggambarkan Mars sebagai tempat petualangan seru, kenyataannya bertahan hidup di sana jauh lebih sulit daripada yang terlihat di layar lebar.