Ilustrasi - kencan pertama kali dengan pasangan (Foto: Jonathan J Castellon/Unsplash)
JAKARTA - Fenomena split bill atau membayar biaya makan secara terpisah tengah ramai dibahas di kalangan anak muda.
Sebagian menganggapnya sebagai bentuk kesetaraan dan kemandirian, sementara yang lain menilai hal itu menghapus makna perhatian dalam sebuah pertemuan.
Pertanyaannya, siapa sebenarnya yang sebaiknya membayar, terutama saat kencan pertama?
Semua kembali pada konteks. Jika pertemuan terjadi atas kesepakatan bersama untuk saling mengenal tanpa harapan lebih, membayar masing-masing tentu bukan masalah.
Namun, bila salah satu pihak yang mengundang secara khusus, wajar jika ia yang menanggung biayanya sebagai bentuk penghargaan.
Bagi banyak orang, split bill menjadi cara modern untuk menjaga hubungan tetap setara dan bebas dari rasa “berutang budi”. Namun, sebagian lainnya masih berpegang pada nilai lama: membayar dianggap sebagai wujud perhatian, sopan santun, dan penghargaan terhadap lawan bicara.
Menurut sejumlah psikolog sosial, cara seseorang memperlakukan urusan keuangan di pertemuan pertama bisa membentuk kesan jangka panjang. Terlalu ngotot membagi tagihan bisa dianggap kaku atau kurang peka, sedangkan menolak dengan keras juga dapat menimbulkan kesan tidak mandiri.
Pada akhirnya, yang terpenting bukan soal siapa yang membayar, melainkan bagaimana kedua pihak bersikap. Keramahan, empati, dan rasa hormat jauh lebih bernilai daripada siapa yang mengeluarkan kartu debit di akhir pertemuan.
Karena itu, tak ada aturan mutlak. Kunci utamanya ada pada niat baik dan kenyamanan bersama. Bila suasana hangat tercipta, siapa pun yang membayar, keduanya tetap sama-sama menang.