Arsip - nyamuk terlihat di genangan air di pinggir jalan selama infeksi demam berdarah di seluruh negeri (Foto: Reuters)
JAKARTA - Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi ancaman kesehatan serius di Indonesia, terutama saat musim hujan tiba.
Kasus DBD meningkat pesat setiap tahun akibat meningkatnya populasi nyamuk Aedes aegypti, vektor utama penular virus dengue. Ironisnya, banyak masyarakat yang belum menyadari bahwa sarang nyamuk penyebab DBD sering kali berada di sekitar rumah sendiri.
Nyamuk Aedes aegypti dikenal suka berkembang biak di air bersih yang tergenang, bukan di air kotor seperti banyak orang kira. Tempat-tempat yang tampak sepele justru bisa menjadi lokasi ideal bagi nyamuk ini bertelur dan menetas.
Wadah air yang jarang diperhatikan, seperti vas bunga, ember, pot tanaman hias, tatakan dispenser, hingga tempat minum hewan peliharaan, sering menjadi sarang jentik nyamuk. Di lingkungan perumahan, talang air yang tersumbat, kaleng bekas, dan ban mobil yang dibiarkan di halaman juga menjadi tempat berkembang biak yang sempurna bagi nyamuk Aedes.
Selain itu, lingkungan sekolah, kantor, hingga tempat ibadah pun berpotensi menjadi sumber penyebaran nyamuk DBD jika tidak dirawat dengan baik.
Air yang menggenang di bawah dispenser, di selokan terbuka, atau di wadah penampung air hujan dapat menjadi tempat nyamuk bertelur hanya dalam hitungan hari.
Sering kali, penyebab meningkatnya populasi nyamuk bukan karena kurangnya pengetahuan, melainkan karena kebiasaan abai terhadap kebersihan lingkungan. Misalnya, membiarkan genangan air di halaman rumah, tidak menguras bak mandi secara rutin, atau lupa menutup wadah air minum.
Kebiasaan menumpuk barang bekas yang bisa menampung air hujan, seperti botol plastik atau kaleng, juga menjadi faktor yang jarang diperhatikan. Padahal, dalam kondisi seperti itu, telur nyamuk dapat bertahan hingga berbulan-bulan dan segera menetas ketika terkena air.
Lingkungan yang lembap, teduh, dan memiliki banyak genangan air merupakan tempat favorit nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini aktif menggigit pada pagi dan sore hari, sehingga lingkungan dengan pencahayaan redup dan ventilasi kurang baik cenderung memiliki risiko lebih tinggi.
Daerah padat penduduk juga menjadi lokasi yang rawan, karena memudahkan nyamuk berpindah dari satu rumah ke rumah lain dalam jarak pendek. Itulah sebabnya, upaya pemberantasan sarang nyamuk harus dilakukan serentak oleh seluruh warga dalam satu wilayah agar hasilnya efektif.
Mencegah DBD sebenarnya tidak sulit, asalkan dilakukan dengan disiplin dan konsisten. Cara paling sederhana adalah memutus siklus hidup nyamuk Aedes melalui langkah-langkah kebersihan lingkungan.
Rutin menguras dan menutup tempat penampungan air, serta mendaur ulang atau membuang barang bekas yang tidak terpakai, dapat mengurangi potensi nyamuk berkembang biak. Selain itu, menjaga kebersihan halaman, memperbaiki saluran air agar tidak tersumbat, dan menggunakan lotion anti nyamuk saat beraktivitas di luar rumah juga menjadi langkah penting.
Pemerintah juga terus mengingatkan pentingnya gerakan 3M Plus (Menguras, Menutup, Mengubur, dan Plus pencegahan tambahan) sebagai cara paling efektif untuk menekan angka kasus DBD di masyarakat.
Sarang nyamuk penyebab DBD sering kali berada di tempat-tempat yang tidak terduga dan justru paling dekat dengan kita. Karena itu, kesadaran menjaga kebersihan lingkungan menjadi hal mutlak yang harus dimulai dari rumah sendiri.
DBD tidak akan menyebar tanpa keberadaan nyamuk Aedes aegypti. Dengan menghilangkan tempat perkembangbiakannya, masyarakat bukan hanya melindungi diri, tetapi juga membantu mencegah penyebaran penyakit di lingkungan sekitar.