• Gaya Hidup

Sejarah Halloween Asal Usul dan Tujuan Peringatannya

M. Habib Saifullah | Jum'at, 31/10/2025 12:15 WIB
Sejarah Halloween Asal Usul dan Tujuan Peringatannya Ilustrasi kostum labu dalam perayaan Halloween (Foto: Unsplash/Beth Teutschmann)

JAKARTA - Halloween diperingati setiap 31 Oktober dan menjadi salah satu tradisi populer di berbagai negara, terutama Amerika Serikat, Kanada, dan Inggris.

Banyak orang mengenal Halloween melalui kostum seram, dekorasi labu, hingga tradisi trick-or-treat, tetapi sedikit yang memahami akar sejarahnya yang panjang dan perjalanan tradisi ini hingga menjadi perayaan modern.

Asal usul Halloween berasal dari festival kuno bangsa Celtic di Irlandia bernama Samhain. Festival ini telah berlangsung lebih dari dua ribu tahun lalu dan dirayakan untuk menandai berakhirnya musim panen serta datangnya musim dingin, masa yang dianggap berbahaya dan penuh ketidakpastian.

Masyarakat Celtic percaya bahwa pada malam tersebut, batas antara dunia manusia dan dunia roh terbuka, sehingga arwah dapat kembali ke bumi. Untuk melindungi diri dari roh jahat, mereka menyalakan api unggun, mengenakan pakaian menyeramkan, dan menaruh makanan sebagai persembahan. Tradisi ini menjadi fondasi awal dari kostum Halloween dan aktivitas yang kini dikenal luas di seluruh dunia.

Masuknya agama Kristen membawa perubahan penting dalam tradisi ini. Pada abad ke-8, Paus Gregorius III menetapkan 1 November sebagai Hari Semua Orang Kudus atau All Saints’ Day, sementara malam sebelumnya dikenal sebagai All Hallows’ Eve.

Dari istilah inilah kemudian muncul kata “Halloween”. Gereja mencoba mengalihkan ritual pagan menjadi peringatan religius, namun masyarakat tetap mempertahankan unsur budaya lama, sehingga Halloween berkembang sebagai kombinasi tradisi pagan dan praktik Kristen awal.

Halloween kemudian menyebar ke Amerika Utara pada abad ke-19 melalui imigran Irlandia. Di sana, perayaan tersebut berkembang menjadi tradisi sosial yang lebih ringan dan meriah.

Anak-anak mulai berkeliling lingkungan untuk meminta permen dalam tradisi trick-or-treat, sementara labu yang melimpah di Amerika, digunakan untuk membuat jack-o’-lantern, menggantikan lobak yang sebelumnya dipakai di Eropa. Perkembangan media, film horor, dan budaya pop memperkuat posisi Halloween sebagai perayaan global yang penuh kreativitas dan hiburan.

Di banyak tempat, perayaan ini juga menjadi ajang sosial bagi anak-anak dan komunitas, sekaligus mendorong industri kreatif dan ekonomi dari film, fashion, hingga kuliner tematik.