• Bisnis

Wujudkan Ekonomi Restoratif, Wamenekraf Dorong Penguatan Daerah

M. Habib Saifullah | Kamis, 30/10/2025 13:15 WIB
Wujudkan Ekonomi Restoratif, Wamenekraf Dorong Penguatan Daerah Wakil Menteri Ekonomi Kreatif (Wamenekraf) Irene Umar (Foto: Kementerian Ekraf)

JAKARTA - Wakil Menteri Ekonomi Kreatif (Wamenekraf) Irene Umar menegaskan pentingnya penguatan kapasitas daerah guna mewujudkan ekonomi restoratif dan berkelanjutan untuk membangun ekosistem yang self-sustaining atau mandiri di setiap wilayah.

"Sejak awal, Kementerian Ekonomi Kreatif percaya bahwa pembangunan harus berangkat dari daerah. Kalau bisa dimulai dari desa, hasilnya akan jauh lebih kuat. Indonesia terlalu luas untuk hanya terpusat di kota-kota besar," ujar Wamenekraf Irene dalam keterangannya, Kamis (30/10/2025).

Irene menambahkan, prinsip kemandirian juga perlu diterapkan dalam pengelolaan energi dan sumber daya alam dengan mendorong setiap daerah mengidentifikasi tiga potensi unggulan yang menjadi kekhasan lokal yang mencakup potensi manusia, budaya, dan sumber daya alam.

Pentingnya pemetaan aset daerah ini agar arah pengembangan ekonomi kreatif di daerah lebih terarah dan berdampak.

Jika tiap daerah mengenali dan mengembangkan potensinya, hal itu akan menjadi mesin pertumbuhan ekonomi yang dimulai dari daerah, sejalan dengan program prioritas yang tertuang dalam Asta Cita Ekraf.

"Kemandirian pangan bukan berarti harus berskala nasional. Itu dimulai dari tingkat terkecil—dari rumah, desa, kota, hingga provinsi—baru akhirnya menjadi kekuatan nasional. Negara kita ini sangat kaya, tapi seringkali kita tidak menghargai kekayaan sendiri," kata Irene.

Lebih lanjut, Wamenekraf Irene menegaskan pentingnya story-nomics atau ekonomi berbasis narasi agar produk kreatif Indonesia dapat dikenal di pasar global dan sebagai wujud menghargai diri dan lingkungan.

Dia mengapresiasi kegiatan Kampus Bambu Komodo yang digagas oleh Yayasan Bambu Lingkungan Lestari (YBLL) di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, pada Selasa, 28 Oktober 2025.

Irene menyoroti peran perempuan sebagai motor penggerak rumah tangga dan ekonomi komunitas, juga inovasi sepeda bambu karya masyarakat lokal sebagai simbol kolaborasi dan kreativitas lintas sektor.

"Kegiatan ini bukan hanya tentang produk bambu, tetapi tentang kepercayaan dan kolaborasi. Kita perlu mendengar langsung dari masyarakat, karena tanpa memahami masalah di lapangan, solusi tidak akan lahir. Mari kita terbuka, berkolaborasi, dan bergerak bersama,” imbuhnya.

Kegiatan ini menjadi wujud nyata kontribusi sektor ekonomi kreatif dalam memperkuat ekosistem kreatif nasional—selaras dengan semangat Asta Cita Ekraf yang mendorong penciptaan lapangan kerja berkualitas, penguatan ekonomi daerah, dan kemandirian berbasis potensi lokal. (Ant)