Duta Besar Uni Eropa (EU) untuk Indonesia, Denis Chaibi dalam acara konferensi pers The 17th Edition of European Higher Education Fair (EHEF), di Jakarta, Selasa (Foto: Agus Mughni/Katakini)
JAKARTA - Duta Besar Uni Eropa (EU) untuk Indonesia, Denis Chaibi, menyebutkan tiga alasan mengapa kuliah di Eropa menjadi pilihan unggul bagi mahasiswa Indonesia. Hal ini disampaikan dalam konferensi pers The 17th European Higher Education Fair (EHEF) di Jakarta, Selasa (28/10).
Tiga alasan yang dikemukakan oleh Dubes Chaibi setidaknya meliputi nilai uang, kualitas pendidikan, dan koneksi atau jaringan. Menurutnya, sistem pendidikan di Eropa dikenal memiliki standar akademik tinggi dengan biaya kuliah yang cukup terjangkau dibanding banyak negara lain.
“Eropa menawarkan value for money terbaik. Universitas di Eropa memiliki reputasi global, namun biayanya jauh lebih kompetitif dibanding, misalnya, Australia,” ujar Chaibi.
Chaibi juga menekankan bahwa Eropa memiliki sejarah panjang dalam pendidikan tinggi, dengan universitas tertua dan sistem pengajaran yang terus berkembang untuk mendukung riset dan inovasi.
Dia menyebut kuliah di Eropa bukan sekadar soal akademik, tetapi juga tentang pengalaman lintas budaya. “Seperti Indonesia dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, Uni Eropa juga beragam, 27 negara dengan bahasa, budaya, dan gaya hidup yang berbeda,” jelasnya.
Mahasiswa dapat belajar di lebih dari satu negara berkat sistem kredit terintegrasi dan visa Schengen, serta berkesempatan menguasai berbagai bahasa seperti Inggris, Prancis, Spanyol, hingga Portugis.
Ia mencontohkan pengalaman mahasiswa Indonesia Adhitya Wisnu Nugraha, salah satu alumnus program COASTHazar di bidang Coastal Hazards and Climate Adaptation yang menempuh studi lintas negara di Spanyol, Belanda, Portugal, hingga Amerika Latin melalui beasiswa Erasmus Mundus.
Alasan lainnya, kata Chaibi, Eropa juga unggul dalam koneksi akademik dan profesional. Melalui program riset bersama seperti Horizon Europe, universitas dan perusahaan berkolaborasi menciptakan inovasi yang relevan dengan industri.
Dia menuturkan, di Eropa mahasiswa tak hanya belajar teori, tapi juga dapat terlibat dalam riset yang membuka peluang kerja di berbagai negara. Selain itu, lulusan universitas Eropa memiliki akses ke jejaring akademik global, termasuk universitas mitra di Amerika Latin dan kawasan lain.
Chaibi juga menilai bahwa Eropa bukan hanya sebagai destinasi studi, tetapi sebagai gerbang menuju pengalaman global dan masa depan karier yang lebih luas. Menurutnya, Eropa menawarkan perpaduan antara kualitas pendidikan, pengalaman hidup, dan koneksi yang luas.
Sementara itu, bagi para pelajar dan akademisi Indonesia yang hendak menempuh pendidikan di Eropa, Denis Chaibi mengatakan tersedia juga lebih dari 1,000 beasiswa, melalui program Erasmus+ dan melalui skema beasiswa nasional dari negara-negara anggota EU.
Secara total, lebih dari 4.000 pelajar dan akademisi berangkat untuk studi di Eropa setiap tahunnya, baik yang menempuh pendidikannya atas biaya sendiri, maupun yang menerima beasiswa.
"Indonesia mencatatkan jumlah beasiswa terbesar kedua di Asia yang berkuliah di Eropa, sedangkan India berada di urutan pertama. Sehingga, kami berharap untuk mengembangkan lebih banyak pelajar yang datang ke Eropa," kata Chaibi.
Sebagai informasi, Pameran Pendidikan Tinggi Eropa (European Higher Education Fair/EHEF) kembali digelar untuk ke-17 kalinya tahun ini. Berlangsung di Jakarta dan Yogyakarta, pameran tahunan ini menghadirkan berbagai peluang pendidikan tinggi di Eropa, termasuk skema beasiswa.
Tahun ini, EHEF akan diselenggarakan di Gelanggang Inovasi dan (GIK) Yogyakarta pada 6 November 2025, dan di Catur Dharma Hall, Menara Astra, Jakarta pada 8–9 November 2025.