• Oase

Makna Iman kepada Takdir dalam Pandangan Islam

Vaza Diva | Sabtu, 25/10/2025 16:15 WIB
Makna Iman kepada Takdir dalam Pandangan Islam Ilustrasi - iman kepada takdir (qadar) merupakan salah satu dari enam rukun iman yang wajib diyakini oleh setiap umat Islam (FOTO: UNSPLASH)

JAKARTA - Iman kepada takdir (qadar) merupakan salah satu dari enam rukun iman yang wajib diyakini oleh setiap umat Islam.

Keyakinan ini berarti meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam semesta, baik maupun buruk telah ditetapkan oleh Allah SWT berdasarkan ilmu, kehendak, dan kebijaksanaan-Nya.

Allah SWT menegaskan dalam Al-Qur`an bahwa setiap ciptaan di dunia ini berjalan sesuai dengan ketentuan-Nya:

إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran (takdir).” (QS. Al-Qamar: 49)

Ayat ini menjelaskan bahwa seluruh peristiwa, dari yang paling kecil hingga yang besar, telah diatur oleh Allah sejak sebelum langit dan bumi diciptakan. Tidak ada sesuatu pun yang terjadi tanpa izin dan kehendak-Nya.

Rasulullah SAW juga menegaskan dalam sebuah hadis sahih riwayat Muslim mengenai pentingnya beriman kepada takdir sebagai bagian dari rukun iman:

أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ
“Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.” (HR. Muslim)

Hadis ini menegaskan bahwa keimanan seorang Muslim belum sempurna tanpa keyakinan bahwa semua peristiwa, baik kesenangan maupun cobaan, merupakan bagian dari rencana Allah SWT.

Dengan memahami hal ini, seorang mukmin tidak akan mudah berputus asa saat tertimpa musibah dan tidak akan bersikap sombong saat menerima nikmat.

Namun, iman kepada takdir bukan berarti pasrah tanpa usaha. Islam mengajarkan keseimbangan antara ikhtiar dan tawakal. Manusia diberikan kehendak untuk berusaha, tetapi hasil akhirnya tetap berada di tangan Allah. Rasulullah SAW bersabda dalam hadis lain:

احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ
“Bersemangatlah terhadap apa yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Allah, dan jangan lemah.”
(HR. Muslim)

Pesan Nabi SAW tersebut mengandung makna bahwa seorang Muslim harus berusaha semaksimal mungkin untuk meraih kebaikan, sambil tetap bersandar penuh kepada Allah dalam setiap urusannya.

Dengan demikian, iman kepada takdir bukanlah bentuk kepasrahan total, melainkan bentuk pengakuan bahwa di balik segala usaha manusia, ada kehendak Allah SWT yang menentukan hasilnya. Keyakinan ini melahirkan ketenangan, kesabaran, serta semangat untuk terus berbuat baik tanpa kehilangan harapan terhadap rahmat Allah.