• Oase

Ini Sunnah-sunnah Sebelum Mengumandangkan Azan

M. Habib Saifullah | Senin, 20/10/2025 04:05 WIB
Ini Sunnah-sunnah Sebelum Mengumandangkan Azan Ilustrasi seseorang sedang mengumandangkan azan (Foto: Wikipedia)

JAKARTA - Setiap kali azan berkumandang, langit seolah menjadi saksi panggilan agung bagi seluruh umat Islam. Seruan “Allahu Akbar” bukan sekadar tanda masuknya waktu salat, tetapi juga ajakan menuju ketaatan, mengingatkan manusia agar berhenti sejenak dari urusan dunia dan kembali kepada Sang Pencipta.

Namun, di balik lantunan suci itu, terdapat adab dan sunnah yang diajarkan Rasulullah SAW kepada para muazin sebelum mengumandangkannya.

Mengumandangkan azan bukan hanya tugas teknis, melainkan ibadah yang memiliki keutamaan besar. Rasulullah SAW bersabda:

"Muazin akan diampuni sejauh suara azannya, dan segala yang mendengar suaranya baik manusia, jin, maupun benda mati akan menjadi saksi baginya pada hari kiamat." (HR. Ahmad dan Nasa’i)

Karena itu, sebelum seorang muazin mengumandangkan azan, ada beberapa sunnah yang sangat dianjurkan untuk dilakukan agar panggilan salat tersebut lebih sempurna dan bernilai pahala tinggi.

1. Dalam Keadaan Suci (Berwudhu)

Sunnah pertama yang dianjurkan adalah berwudhu terlebih dahulu. Meskipun azan tetap sah tanpa wudhu, namun Rasulullah SAW dan para sahabat senantiasa dalam keadaan suci ketika melakukannya.

Azan adalah panggilan untuk beribadah, sehingga sepatutnya muazin juga dalam keadaan suci sebagaimana orang yang hendak beribadah. Dengan berwudhu, muazin menyiapkan diri lahir dan batin untuk menyeru manusia kepada salat.

2. Menghadap ke Arah Kiblat

Sunnah berikutnya adalah menghadap kiblat saat mengumandangkan azan. Menghadap kiblat menunjukkan kekhusyukan dan keseragaman arah ibadah umat Islam di seluruh dunia.

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa para sahabat Rasulullah SAW senantiasa menghadap kiblat ketika azan. Hal ini menjadi bentuk penghormatan terhadap arah salat, sekaligus simbol kesatuan umat dalam beribadah.

3. Berdiri dengan Penuh Khusyuk

Sunnah lain yang sering dijaga oleh para muazin adalah mengumandangkan azan dalam posisi berdiri. Posisi berdiri menandakan kesiapan dan kesungguhan dalam menyeru umat.

Dengan berdiri, suara azan juga dapat menjangkau wilayah yang lebih luas. Rasulullah SAW menganjurkan agar muazin mengumandangkan azan dari tempat tinggi agar suara terdengar lebih jauh, sebagaimana dilakukan Bilal bin Rabah di masa Nabi.

4. Meletakkan Jari di Telinga

Sunnah yang cukup dikenal adalah meletakkan kedua jari telunjuk di telinga saat azan. Hal ini berdasarkan riwayat dari Abu Juhaifah yang berkata:

“Aku melihat Bilal berazan dengan meletakkan jari-jarinya di telinga.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

5. Mengangkat Suara dengan Penuh Keyakinan

Rasulullah SAW bersabda:

“Apabila kalian mendengar azan, maka ucapkanlah seperti apa yang diucapkan oleh muazin.” (HR. Muslim)

6. Niat Ikhlas karena Allah

Sunnah terpenting sebelum azan adalah menata niat. Muazin hendaknya meluruskan hatinya bahwa tugasnya bukan untuk sekadar mengisi waktu atau menggantikan orang lain, melainkan sebagai bentuk pengabdian kepada Allah.

Dengan niat yang ikhlas, setiap lafaz azan yang dikumandangkan akan bernilai ibadah dan menjadi saksi kebaikan kelak di hari pembalasan.

7. Berdoa Sebelum dan Sesudah Azan

Beberapa ulama menganjurkan berdoa sebelum azan agar Allah memberikan kelancaran dan keberkahan dalam melantunkannya. Setelah azan selesai, muazin juga disunnahkan membaca doa sebagaimana diajarkan Rasulullah SAW:

“Allahumma Rabba haadzihid-da’watit-taammah, wash-shalatil qaa’imah, aati Muhammadanil wasilata wal fadhiilah, wab‘ats-hu maqaamam mahmuudanil ladzi wa‘adtah.”

Artinya: “Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini dan salat yang akan didirikan, berilah Nabi Muhammad kedudukan yang luhur dan mulia, serta tempatkan beliau pada kedudukan yang telah Engkau janjikan.” (HR. Bukhari)