• News

Militer Israel Lancarkan Serangan ke Gaza, Perbatasan Tetap Ditutup

Yati Maulana | Minggu, 19/10/2025 22:05 WIB
Militer Israel Lancarkan Serangan ke Gaza, Perbatasan Tetap Ditutup Tampilan drone menunjukkan kerusakan di permukiman, menyusul penarikan pasukan Israel dari area tersebut, di Kota Gaza, 18 Oktober 2025. REUTERS

YERUSALEM - Militer Israel melancarkan serangan ke Gaza pada hari Minggu, lapor media dan warga Israel. Serangan meredupkan harapan bahwa Gencatan senjata yang dimediasi AS akan menghasilkan perdamaian abadi di wilayah kantong tersebut, sementara Israel saling menyalahkan dengan kelompok militan Palestina, Hamas.

Serangan Israel pada hari Minggu merupakan ujian paling serius bagi gencatan senjata yang sudah rapuh, yang mulai berlaku pada 11 Oktober.

Warga Palestina di Gaza mengatakan kepada Reuters bahwa mereka mendengar ledakan dan tembakan di Rafah, di selatan Jalur Gaza, dan para saksi mata secara terpisah melaporkan tembakan gencar dari tank-tank Israel di kota Abassan di timur dekat Khan Younis, juga di Gaza selatan.

Para saksi mata di Khan Younis mendengar gelombang serangan udara yang dilancarkan ke Rafah pada Minggu sore.

Seorang juru bicara pemerintah Israel, ketika dimintai konfirmasi atas serangan tersebut, menyerahkannya kepada militer. Pihak militer belum memberikan komentar.

DUA ORANG TEWAS DALAM SERANGAN UDARA DI GAZA UTARA
Otoritas kesehatan setempat di Gaza mengatakan pada hari Minggu bahwa dua warga Palestina tewas dalam serangan udara Israel di wilayah Jabalia timur, Gaza utara.

The Times of Israel melaporkan bahwa militer melancarkan serangan udara di wilayah Rafah setelah militan menyerang pasukan di sana, meskipun tidak menyebutkan sumber informasi tersebut.

Seorang pejabat militer Israel mengatakan pada hari Minggu bahwa Hamas telah melakukan beberapa serangan terhadap pasukan Israel di Gaza, termasuk serangan granat berpeluncur roket dan serangan penembak jitu terhadap tentara Israel.

"Kedua insiden tersebut terjadi di wilayah yang dikuasai Israel... Ini merupakan pelanggaran gencatan senjata yang berani," kata pejabat tersebut.

Pejabat senior Hamas, Izzat Al Risheq, mengatakan pada hari Minggu bahwa kelompok militan Palestina tersebut tetap berkomitmen pada gencatan senjata, yang ia tuduh telah berulang kali dilanggar oleh Israel.

Baik Al Risheq maupun pejabat militer Israel tidak menyebutkan serangan Israel yang dilaporkan pada hari Minggu di Gaza. Kantor media pemerintah di Gaza mengatakan pada hari Sabtu bahwa Israel telah melakukan 47 pelanggaran setelah kesepakatan gencatan senjata, yang mengakibatkan 38 orang tewas dan 143 orang luka-luka.

"Pelanggaran-pelanggaran ini berkisar dari penembakan langsung terhadap warga sipil, hingga penembakan dan operasi penargetan yang disengaja, serta penangkapan beberapa warga sipil," demikian pernyataan kantor media tersebut.

PERLINTASAN RAFAH AKAN TETAP DITUTUP
Pemerintah Israel dan Hamas telah saling menuduh atas pelanggaran gencatan senjata selama berhari-hari, dengan Israel mengatakan bahwa perlintasan perbatasan Rafah antara Gaza dan Mesir akan tetap ditutup hingga pemberitahuan lebih lanjut.

Rafah sebagian besar telah ditutup sejak Mei 2024. Kesepakatan gencatan senjata juga mencakup peningkatan bantuan ke Gaza, di mana ratusan ribu orang pada bulan Agustus dipastikan terdampak kelaparan, menurut pemantau kelaparan global IPC.

Israel dan Hamas telah terlibat dalam perselisihan mengenai pengembalian jenazah para sandera. Israel menuntut agar Hamas memenuhi kewajibannya untuk menyerahkan jenazah 28 sandera yang tersisa. Hamas telah memulangkan 20 sandera hidup dan 12 sandera yang telah meninggal, dan menyatakan tidak berminat menyimpan jenazah sandera yang tersisa. Kelompok tersebut mengatakan proses tersebut membutuhkan upaya dan peralatan khusus untuk mengevakuasi jenazah yang terkubur di bawah reruntuhan.

Kendala berat bagi rencana Trump untuk mengakhiri perang masih tetap ada. Pertanyaan-pertanyaan kunci seputar pelucutan senjata Hamas, tata kelola Gaza, pembentukan "pasukan stabilisasi" internasional, dan langkah-langkah menuju pembentukan negara Palestina masih belum terselesaikan.

Ketika dimintai komentar, Kedutaan Besar AS di Yerusalem merujuk pertanyaan tersebut ke Departemen Luar Negeri.
Pertempuran yang kembali terjadi di Gaza dan kekhawatiran atas gencatan senjata mendorong indeks saham utama Tel Aviv turun hampir 2% pada hari Minggu.