• News

AS-Venezuela Tegang, Kepala Militer AS untuk Amerika Latin Mundur Tahun Ini

Yati Maulana | Minggu, 19/10/2025 20:05 WIB
AS-Venezuela Tegang, Kepala Militer AS untuk Amerika Latin Mundur Tahun Ini Laksamana Angkatan Laut AS Alvin Holsey, komandan Komando Selatan AS, menjadi tuan rumah Konferensi Pertahanan Amerika Selatan, di Buenos Aires, Argentina, 20 Agustus 2025. REUTERS

WASHINGTON - Laksamana yang memimpin pasukan militer AS di Amerika Latin akan mengundurkan diri pada akhir tahun ini, dua tahun lebih cepat dari jadwal. Menteri Pertahanan Pete Hegseth mengumumkan hal itu, sebuah langkah mengejutkan di tengah meningkatnya ketegangan dengan Venezuela.

Sebuah sumber yang mengetahui masalah ini mengatakan kepada Reuters bahwa telah terjadi ketegangan antara Laksamana Alvin Holsey dan Hegseth terkait operasi di Karibia dan pertanyaan tentang apakah ia akan dipecat beberapa hari menjelang pengumuman tersebut.

Anggota Demokrat terkemuka di Komite Angkatan Bersenjata Senat, Senator Jack Reed, menyebut pengunduran diri Holsey yang tak terduga ini meresahkan mengingat meningkatnya kekhawatiran akan potensi konfrontasi AS dengan Venezuela.

"Pengunduran diri Laksamana Holsey semakin memperdalam kekhawatiran saya bahwa pemerintahan ini mengabaikan pelajaran berharga dari kampanye militer AS sebelumnya dan nasihat dari para prajurit kami yang paling berpengalaman," kata Reed dalam sebuah pernyataan. Dalam sebuah unggahan di media sosial, Hegseth tidak mengungkapkan alasan kepergian Holsey, salah satu dari dua perwira bintang empat berkulit hitam yang memimpin komando tempur AS.

Di X, Holsey mengatakan akan pensiun pada 12 Desember, tetapi tidak memberikan alasannya.
"Merupakan suatu kehormatan untuk mengabdi kepada negara kita, rakyat Amerika, dan mendukung serta membela Konstitusi selama lebih dari 37 tahun," ujarnya.

Kepergian Holsey terjadi di tengah peningkatan kekuatan militer di Karibia yang mencakup kapal perusak berpeluru kendali AS, jet tempur F-35, kapal selam nuklir, dan sekitar 6.500 tentara seiring Presiden Donald Trump meningkatkan ketegangan dengan pemerintah Venezuela.

Serangan militer AS terhadap kapal-kapal yang diduga mengangkut narkoba di lepas pantai Venezuela telah menewaskan sedikitnya 27 orang, menimbulkan kekhawatiran di antara beberapa pakar hukum dan sebagian besar anggota parlemen dari Partai Demokrat, yang mempertanyakan kepatuhan mereka terhadap hukum perang. Pemerintahan Trump berargumen bahwa mereka sedang berperang dengan kelompok-kelompok narkotika dan teroris dari Venezuela, sehingga serangan tersebut sah.

Pada hari Rabu, Trump mengungkapkan bahwa ia telah memberi wewenang kepada Badan Intelijen Pusat (CIA) untuk melakukan operasi rahasia di Venezuela, yang menambah spekulasi di Caracas bahwa Amerika Serikat sedang berupaya menggulingkan Presiden Nicolas Maduro.

Holsey adalah perwira tinggi terbaru dari serangkaian perwira yang meninggalkan jabatan mereka sejak Hegseth mengambil alih Pentagon. Beberapa pemecatan terjadi secara tiba-tiba, termasuk pemecatan terhadap Ketua Kepala Staf Gabungan, C.Q. Brown, yang berkulit hitam, dan perwira tinggi angkatan laut, Lisa Franchetti, yang merupakan perempuan pertama yang memegang jabatan tersebut.

"Departemen berterima kasih kepada Laksamana Holsey atas pengabdiannya selama puluhan tahun bagi negara kita, dan kami mendoakan beliau dan keluarganya agar terus meraih kesuksesan dan kepuasan di tahun-tahun mendatang," ujar Hegseth di X.

Kurang dari seminggu yang lalu, Pentagon mengumumkan bahwa operasi antinarkotika di wilayah tersebut tidak akan dipimpin oleh Komando Selatan yang berbasis di Miami, melainkan oleh Pasukan Ekspedisi Marinir II, sebuah unit yang mampu melakukan operasi cepat di luar negeri dan bermarkas di Camp Lejeune, Carolina Utara.

Keputusan ini mengejutkan para pengamat militer AS, karena komando tempur seperti Komando Selatan biasanya akan memimpin operasi-operasi penting.