JAKARTA - Di tengah pertanyaan besar tentang kehidupan setelah mati, satu pertanyaan sering muncul di benak banyak orang: “Apakah kita akan mengenal dan bertemu kembali keluarga tercinta di akhirat?”
Harapan untuk berkumpul kembali bersama orang-orang yang kita sayangi menjadi penghibur dan motivasi bagi banyak umat beriman. Namun, bagaimanakah pandangan agama tentang hal ini?
Dalam Islam, keyakinan bahwa kita bisa berjumpa kembali dengan keluarga di akhirat bukanlah sekadar khayalan, sebab sejumlah dalil dari Al-Qur`an dan hadis menunjukkan kemungkinan tersebut, meskipun disertai syarat dan konteks tertentu.
Beberapa ayat menyebut bahwa orang-orang yang beriman akan dikumpulkan bersama orang saleh, termasuk orang tua, istri, dan anak-anak mereka, selama semuanya juga beriman.
Salah satu ayat yang sering dikutip adalah Surah Ar-Ra’d ayat 23:
جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ
“(Yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama orang-orang saleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya.”
Ayat ini sering dijadikan landasan bahwa berkumpulnya keluarga di surga — dengan izin Allah — adalah suatu harapan yang mungkin. (Tafsir Ibn Katsir & ulama lainnya)
Selain itu, dalam Surah Ath-Thur ayat 21 Allah menyebutkan:
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُم بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ …
“Dan orang-orang yang beriman dan anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami kumpulkan anak cucu mereka bersama mereka, dan Kami tidak mengurangi sedikit pun dari amal mereka.”
Dari hadis juga terdapat gambaran bahwa roh orang saleh akan bertemu dengan roh-roh keluarga dan orang-orang beriman lainnya di alam kubur atau alam barzah.
Sebagaimana dikutip dalam beberapa sumber, Rasulullah SAW bersabda bahwa ketika roh seorang mukmin dicabut, ia akan ditemui oleh roh-roh orang saleh lainnya, dan mereka bisa menanyakan kabar dan keadaan satu sama lain.
Namun, klaim bahwa “semua keluarga akan berkumpul” tidak mutlak berlaku tanpa syarat. Pertemuan dan pengenalan tersebut sering dikaitkan dengan keimanan dan amal saleh. Jika anggota keluarga tidak berada dalam kondisi iman, atau tidak pantas mendapatkan nikmat akhirat, maka mungkin mereka tidak bisa bertemu atau bahkan berinteraksi. Ada juga penafsiran bahwa anak bisa “ditangguhkan” dulu ke surga atau melalui proses tertentu agar bisa berkumpul dengan orang tuanya.
Dari sudut pandang media dan masyarakat, berita-berita Islami liberal maupun portal keagamaan sering mengangkat topik ini sebagai harapan yang menyejukkan hati, terutama bagi mereka yang kehilangan anggota keluarga. Liputan6, misalnya, mengulas bahwa bagi mereka yang mendapatkan nikmat kubur, kesempatan bertemu dengan keluarga tercinta sangat mungkin terjadi, selama semuanya termasuk golongan orang beriman.