JAKARTA - Menteri Koordinator Pemberdayaan Masyarakat (Menko PM) A. Muhaimin Iskandar memberikan penghargaan kepada 50 pelaku pemberdayaan masyarakat yang dibagi dalam 9 kategori. Penghargaan diberikan dalam ajang Mandaya Awards 2025 yang digelar Kemenko PM.
Menko Muhaimin mengatakan pemberian penghargaan terhadap masyarakat yang berjasa dalam upaya pemberdayaan ini bukan sekadar seremoni tetapi sebuah upaya mendorong semakin banyak pelaku pemberdayaan masyarakat.
“50 inisiatif terbaik penerima penghargaan memiliki satu benang merah yaitu keyakinan bahwa masyarakat bisa menjadi pelaku utama pembangunan apabila kita beri ruang akses dan kepercayaan,” kata Menko Muhaimin di Ballroom Plaza BPJamsostek, Jakarta, Kamis (16/10/2025).
Lebih jauh, Menko Muhaimin menuturkan Mandaya Awards adah bentuk apresiasi pemerintah terhadap kerja nyata berbagai pihak. Penghargaan kepada mereka yang telah berkontribusi aktif dalam upaya pemberdayaan demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Ia menegaskan Mandaya Awards juga menjadi manifestasi amanat Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2025 tentang Optimalisasi Pelaksanaan Pengentasan Kemiskinan dan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem.
Sebab, melalui Mandaya Awards, Kemenko PM mendorong masyarakat untuk terlibat secara aktif untuk mempercepat upaya pengentasan kemiskinan melalui upaya pemberayaan.
“Bahwa pemberdayaan sejati lahir dari sekolah, pasar, kelas pelatihan dan ruang-ruang komunitas yang berjuang melawan keterbatasan. Tugas Pemerintah memastikan ekosistem tersebut berkelanjutan dan berdampak,” ujarnya.
Mandaya Awards 2025 menampilkan 10 kategori penghargaan, yaitu Provinsi, Kabupaten, Kota, Desa, Lembaga Swadaya Masyarakat, Perguruan Tinggi, BUMN/Swasta, Dedikasi dan Kontributor, Individu, dan Tokoh Lifetime Contribution .
Sebanyak 50 penerima penghargaan terpilih melalui proses seleksi berlapis yang ketat serta telah melalui proses wawancara langsung dengan dewan juri independen.
Deputi Bidang Koordinasi Pemberdayaan Masyarakat Desa, Daerah Tertinggal, dan Daerah Tertentu Abdul Haris menjelaskan proses penjurian dilakukan mempertimbangkan dampak, keberlanjutan, inklusivitas, inovasi sosial, dan potensi replikasi dari masing-masing inisiatif pemberdayaan.
“Dari total hampir 800 pendaftar, kami menemukan banyak inovasi luar biasa di berbagai level, baik pemerintah, dunia usaha, akademisi, maupun masyarakat sipil. Ini menandakan bahwa semangat pemberdayaan tumbuh kuat di seluruh penjuru Indonesia dan siap direplikasi,” kata Abdul Haris.